TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian Daerah atau Kapolda Metro Jaya Fadil Imran disebut dekat dengan tersangka kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, Ferdy Sambo. Berdasarkan penelusuran Majalah Tempo, Sambo menghubungi Fadil satu atau dua jam setelah kematian Brigadir J. Informasi ini didapatkan Tempo dari dua petinggi Polri yang mengetahui hal tersebut.
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran menemui Kadiv Propam Irjen Pol Ferdy Sambo di ruangannya.
Kepada Fadil Imran, Ferdy Sambo mengatakan Yosua atau Brigadir J dan Bhayangkara Dua Richard Eliezer alias Bharada E terlibat baku tembak. Sambo juga menceritakan latar belakang insiden versi rekayasanya, Brigadir J melecehkan istrinya, Putri Candrawathi. Menurut dua petinggi polisi itu, Fadil percaya terhadap informasi ini. Itulah alasan dia menemui Ferdy lalu memeluk dan menghiburnya pada Rabu, 13 Juli 2022 lalu. Video Sambo dan Fadil berpelukan ini viral di media sosial.
“Saya memberikan support kepada adik saya, Sambo, agar tegar menghadapi cobaan ini,” kata Fadil saat itu.
Jenjang Karier Fadil Imran
Mohammad Fadil Imran adalah perwira tinggi Polri yang menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya sejak 16 November 2020. Pria kelahiran 54 tahun silam atau 14 Agustus 1968 ini merupakan Kapolda Metro Jaya ke-40, menggantikan Nana Sujana. Sebelum ditugaskan di Jakarta, Fadil sempat mengemban jabatan sebagai Kapolda Jawa Timur ke-25. Dia menjabat selama enam bulan sejak 1 Mei 2020, menggantikan Kapolda Jatim sebelumnya, Luki Herman.
Fadil juga pernah menjadi Staf Ahli pra-menduduki posisi tinggi sebagai Kapolda. Pada November 2019 dia diangkat sebagai Staf Ahli Sosial Budaya Kapolri, menggantikan Bimo Anggoro Seno. Staf Ahli Kapolri merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan, terdiri dari sejumlah Perwira Ahli pada tingkat Mabes di bawah Kapolri. Setelah Fadil bertugas di Polda Jatim, posisi ini ditempati Priyo Widyanto. Oktober 2021 lalu, Priyo dimutasi jabatannya jadi Kakorsabhara Baharkam Polri ke-6.
Fadil adalah lulusan akademi polisi atau Akpol angkatan 1991. Dia berpengalaman di bidang reserse. Dia juga pernah mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Sekolah Staf dan Pimpinan (Sespim), dan Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi (Sespimti). Suami Ina Adiati ini mengawali karier di kepolisian sebagai Wakasat Sabhara Polres Metro Jakarta Barat. Dia pernah menjadi Kepala Kepolisian Sektor atau Kapolsek di Cengkareng pada 1999 dan di Tanah Abang pada 2002.
Kemudian pada 2008, Fadil diangkat sebagai Kasat III Dit Reskrimum Polda Metro Jaya, juga di tahun yang sama dia dimutasi jadi Kapolres KP3 Tanjung Priok. Mertua Iptu Ariq Arsyam ini juga pernah menjabat sebagai Wadir Reskrimum Polda Metro Jaya pada 2009. Lalu pada 2011, Fasil mengemban jabatan Kasubdit IV Dittipidum Bareskrim Polri, dan Dirreskrimum Polda Kepulauan Riau. Setelah tiga tahun di Kepri, dia kemudian dimutasi ke Jakarta dan diangkat sebagai Kepala Kepolisian Resor atau Kapolres Jakarta Barat pada 2013.
Pada 2015, Fadil menjabat sebagai Analis Kebijakan Madya bidang Pidum Bareskrim Polri, serta menjadi Dirreskrimsus Polda Metro Jaya dan Wadirtipideksus Bareskrim Polri. Dua yang terakhir dijabat pada 2016. Kemudian pada 2017, dia mengemban tugas sebagai Dirtipidsiber Bareskrim Polri, dan sebagai Dirtipidter Bareskrim Polri pada 2018. Sebelum menjabat sebagai Kapolda Jatim dan terakhir Kapolda Metro Jaya sejak 2020, Fadil menjabat sebagai Sahlisosbud Kapolri pada 2019.
Beberapa kasus yang pernah ditangani Fadil yaitu Penangkapan Tersangka Mutilasi Ryan Jombang pada 2008, Penangkapan Tersangka Mutilasi Baekuni alias Babe pada 2010, dan Penangkapan Hercules dan John Kei pada 2013. Dia juga pernah terlibat dalam penyelesaian kasus Pembajakan Warkop DKI Reborn pada 2016. Fadil juga tercatat menjerat 325 orang tersangka dan 85 perusahaan atas kasus kebakaran hutan seluas 7.264 hektare. Kasus lainnya yaitu membongkar Sindikat Saracen pada 2017, penangkapan Muslim Cyber Army pada 2018, dan Penanganan Covid-19 di Jawa Timur.
Juli lalu nama Fadil Imran sempat mencuat ke publik lantaran profil Kapolda Metro Jaya ini di Wikipedia sempat disunting oleh seseorang dengan inisial anonim. Fadil, dalam profilnya di Wikipedia, disebut diduga menerima suap dari Sambo dalam kasus pembunuhan Brigadir J. Suap diberikan agar Sambo tak ditangkap. Organisasi massa (ormas) Sobat Polri Indonesia kemudian melaporkan kasus ini ke Polda Metro Jaya pada 26 Juli 2022.
“Ini sangat-sangat enggak baik, enggak bagus ini, informasi liar yang akan menimbulkan opini publik yang enggak jelas. Makanya saya hari ini saya melaporkan penggunaan anonimnya,” kata Ketua Umum Sobat Polri Indonesia Fonda Tangguh di Polda Metro Jaya, Jakarta.
Terbaru, Polri akan mendalami keterlibatan tiga Kapolda yang terlibat dalam kasus Ferdy Sambo dan upaya obstruction of justice kasus pembunuhan Brigadir J, satu di antaranya Fadil Imran. Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan tim khusus sudah menerima informasi dugaan keterlibatan Kapolda Metro Jaya ini, serta Kapolda Sumatera Utara Irjen RZ Panca Putra Simanjuntak, dan Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta.
“Tentunya juga dari timsus nanti akan mendalami apabila memang ada keterkaitan dengan kasus FS,” kata Dedi usai rapat Kapolri dengan Komisi III DPR RI, 5 September 2022.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca: Polri Janji Usut Keterlibatan Fadil Imran Cs di Kasus Ferdy Sambo
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.