TEMPO.CO, Manokwari - Peneliti Human Rights Watch Andreas Harsono mempertanyakan alasan Kementerian Perhubungan melarang seorang pilot asal Papua menerbangkan pesawat di wilayah Indonesia. Hal ini dikatakan Andreas merespon ungkapan kekecewaan Yulvin Mote dalam sebuah situs berita online Papua edisi Kamis, Kamis, 1 September 2022 berikut kronologis kejadian pada 2018 kala Mote kembali dari Amerika ke Indonesia melalui Singapura.
"Perlu diketahui latar belakang Kementerian Perhubungan melarang Yulvin Mote menerbangkan pesawat di wilayah Indonesia, sementara ia adalah warga Indonesia yang memiliki profesi pilot sesuai bidang ilmunya," kata Andreas Harsono melalui sambungan telepon Kamis ini.
Andreas Harsono menduga pemerintah melalui Kementerian Perhubungan curiga terhadap Mote yang sempat disorot karena memakai gelang bercorak Bintang Kejora."Kemungkinan Kemenhub takut Mote menyalahgunakan profesi sebagai pilot, hanya karena didapati atribut bercorak Bintang Kejora. Ini pun harus dijelaskan oleh Kementerian Perhubungan," katanya.
Menurut Andreas larangan penggunaan Bintang Kejora sebagai atribut hanya berlaku bagi aparatur pemerintah sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat 4 PP 77 Tahun 2007 tentang Lambang Daerah. "Jika alasannya adalah gelang bercorak bintang kejora yang dikenakan Yulvin, saya kira ini pemahaman yang keliru dan diduga diskriminatif hanya karena yang bersangkutan mengenakan atribut budaya," kata Andreas Harsono.
Andreas menyinggung kasus Filep Samuel Karma, seorang aktivis politik Papua dan mantan pegawai negeri sipil yang dijatuhi hukuman 15 tahun penjara karena mengibarkan bendera yang dilarang pada rapat umum politik pada 2004. Vonis dijatuhkan pada Mei 2005.
Sebelumnya, Karma menjadi korban penangkapan dan penahanan yang salah atas tuduhan serupa pada 1998. Atas peristiwa ini, Kelompok Kerja PBB untuk Penahanan Sewenang-wenang pada tahun 1999 mengutuk pemenjaraan warga negara Indonesia karena aktivitas ekspresif tersebut, khususnya pengibaran bendera.
"Bahwa Yulvin Mote hanya memiliki gelang dengan motif Bintang Kejora, sesuatu yang lazim sekali di seluruh Tanah Papua. Ini bukan tindakan kriminal. Mote bukan orang yang punya rekaman kriminalitas," ujar Andreas.
YULVIN MOTE
Perjuangan Yulvin Mote, putra asli Papua lulusan Epic Flight Academy (EFA) Florida Amerika Serikat tidak berakhir meski sempat mengalami dugaan diskriminasi pada 2018 saat mengurus lisensi penerbangan di Kementerian Perhubungan. Dalam wawancara bersama Tempo, Yulvin menegaskan bahwa upaya yang sama akan kembali dilakukannya ke Kementerian Perhubungan hingga mendapatkan lisensi layaknya pilot. Ia yakin sebagai warna negara semua memiliki hak dan kesempatan yang sama.
"Saya memang kecewa, karena sempat dilarang untuk menerbangkan pesawat di wilayah Indonesia tanpa alasan, kala itu (2018). Namun saya akan kembali mencobanya di awal tahun 2023," kata Mote melalui sambungan telepon.
Yulvin tidak menampik pernah ditahan di salah satu bandara di Pulau Jawa hanya karena mengenakan kaos dan gelang bermotif Bintang Kejora. Inilah yang menambah kecurigaannya tentang larangan menerbangkan pesawat di wilayah Indonesia. "Dugaan saya, apakah karena saya pernah ditahan di bandara karena pakai kaos dan gelang bermotif Bintang Kejora? Tapi itu pun tidak dijelaskan oleh pihak Kementerian Perhubungan," kata dia.
Ia berharap negara tidak melihat orang Papua dari sisi berbeda hanya karena persoalan politik masa lalu dan dipakai untuk mengganjal masa depan anak-anak Papua. "Soal motif Bintang Kejora di kaos, tas, maupun gelang bukan sesuatu yang menggambarkan kita (orang Papua) melawan negara, bagian ini merupakan budaya dan simbol kultural yang secara turun temurun digunakan di tanah Papua," ucapnya.
Juru bicara Direktorat Perhubungan Udara Kemenhub, Levina, yang dikonfirmasi terkait dugaan pelarangan terhadap Yulvin Mote pada 2018 menyatakan sedang melakukan pencarian informasi tersebut. "Kami cari informasinya dulu dengan dit teknis kami," ujar Levina lewat pesan singkat menjawab konfirmasi Tempo.
Baca Juga: Polres Manokwari Kejar Pengibar Bendera Bintang Kejora di Tower BTS