1. Irjen Ferdy Sambo
Sambo disebut sebagai otak dari pembunuhan Brigadir J sekaligus orang yang merekayasa skenario palsu tersebut. Dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP)-nya yang sempat Tempo lihat, Sambo mengaku menembakkan pistol HS-9 milik Yosua ke arah dinding rumah dinasnya untuk mendukung skenario bahwa Yosua tewas akibat aksi tembak-menembak dengan Bharada E alias Richard Eliezer Pudihang Lumiu.
Selain itu, Sambo juga disebut sebagai orang yang memerintahkan agar kasus Brigadir J ini ditangani secara internal oleh Divisi Propam Polri. Dia juga disebut memerintahkan agar kamera pengamanan alias CCTV (Close Circuit Television) di sekitar rumah dinasnya dicopot.
2. Brigjen Hendra Kurniawan
Hendra Kurniawan merupakan bawahan langsung dari Sambo. Dia adalah satu dari dua perwira tinggi Polri yang langsung dihubungi Sambo usai pembunuhan Brigadir J terjadi.
Dalam BAP-nya yang sempat Tempo lihat, Hendra bersama Kepala Biro Provos Polri Brigjen Benny Ali mengaku mendapatkan perintah dari Sambo untuk menangani kasus ini di Biro Paminal.
Dia dan Benny juga mendapatkan perintah untuk mengamankan saksi-saksi, yaitu: Bharada E, Bripka Ricky Rizal dan Kuat Ma'ruf.
Hendra juga sempat mendapat perintah dari Sambo agar kasus pembunuhan Brigadir Yosua itu tak menyentuh peristiwa yang terjadi di rumahnya di Magelang, Jawa Tengah. Peristiwa ini sebelumnya sempat ditutupi oleh polisi.
Tak hanya itu, Hendra juga mendapatkan tugas untuk mengamankan CCTV di kediaman Ferdy Sambo. Pencopotan CCTV itu dilakukan oleh anak buah Hendra, Kombes Agus Nurpatria bersama AKP Irfan Widyanto yang merupakan Kepala Sub Unit I Subdirektorat I Dittipidum Bareskrim Polri.
Selanjutnya, Peran Agus Nurpatria, Arif Rahman Arifin, Chuk Putranto dan Baiquni Wibowo