Namun ada harga yang harus dibayar untuk kiprahnya di dunia politik dan jadi pejabat publik. Walau mendapat restu dari suaminya, Liem Hook Nen, namun anak-anaknya merasa privasi dan waktu ibunya terganggu. “Anak-anak jadi tidak bebas kalau jalan sama saya. Saya harus mendengarkan warga, saya komit untuk tetap menerima warga,” ujarnya.
Kepala bagian Satuan Polisi Pamong Praja Kota Singkawang Kuswara memberi kesaksian soal totalitas atasannya. “Ibu benar-benar mendedikasikan waktunya untuk warga. Pada akhir pekan saja, ibu tetap ada agenda,” ujar Kuswara.
Namun pelan-pelan Chui Mie memberikan pengertian kepada tujuh anaknya soal tanggung jawab yang sedang dia emban. “Anak saya tujuh. Empat anak kandung, tiga anak kakak saya. Mereka sudah tinggal dengan saya sejak saya menikah dengan suami,” katanya.
Meski begitu, karier Chui Mie tak mulus-mulus amat. Sebagai perempuan, Chui Mie mempunyai tantangan tersendiri. Terutama, pandangan bahwa karier politik akan mengurangi perannya sebagai seorang ibu. “Anak-anak saya sudah besar. Satu sudah mau meneruskan kuliah pascasarjana,” katanya. Empat anaknya berada di Jakarta, tiga lainnya tinggal di Singkawang, termasuk anak bungsunya yang duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Satu per satu pandangan orang yang meragukan kemampuannya terpatahkan. Kehidupan keluarganya tidak terusik karena kariernya. Kakak perempuannya, yang pada awalnya tak setuju karena menganggap dunia politik kejam, kini balik mendukung. Chui Mie memberikan pelajaran politik di daerahnya, bahwa perempuan yang berkarier di dunia politik bukan pemanis belaka.
Wali Kota Singkawang Tjhai Chui Mie. Foto: Pemkot Singkawang
Untuk menambah wawasannya, Chui Mie melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura. Ketakutan banyak kepala daerah akan kesalahan administrasi yang dapat berujung pidana ditepisnya dengan menjalin kerja sama dengan banyak pihak.
“Saya membuat perjanjian kerja sama dengan Universitas Tanjungpura soal hukum. Selain itu juga ada tim ahli wali kota dari arsitektur soal tata letak Kota Singkawang,” katanya. Kebijakan-kebijakan yang diambil pun diupayakan melalui kajian hukum yang mendalam.
Dia mencontohkan penyelesaian izin hotel-hotel yang jadi landmark Kota Singkawang. Awalnya pengusaha mengeluhkan tak kunjung mendapatkan izin prinsip lantaran nyangkut pada aturan yang ada. Dia pun memanggil tim ahli hukum serta dinas terkait untuk mencari solusi. Cukup lama hingga ditemukan jalan keluar yang menguntungkan kedua pihak, tanpa melanggar aturan.
Kinerja dan reputasi Chui Mie yang moncer berimplikasi terhadap staf-stafnya. Kuswara menilai staf menjadi tidak ragu untuk menjalankan kebijakan-kebijakan yang diambil Chui Mie. Menurutnya, roda pemerintahan yang baik adalah ketika semua bawahan dapat menerjemahkan kebijakan pimpinan dengan baik dan suportif.
Muhammadin, Ketua Persatuan Forum Komunikasi Pemuda Melayu (PFKPM) Kota Singkawang, mengatakan, prestasi yang diraih Kota Singkawang sebagai Kota Toleransi merupakan salah satu bukti keberhasilan Tjhai Chui Mie memimpin daerahnya. “Beliau terkenal sebagai pekerja keras dan disiplin,” kata Muhammadin, yang pernah jadi rival Chui Mie, dalam pemilihan kepala daerah pada 2017. Muhammadin, yang juga anggota DPRD Kota Singkawang, berharap agar Chui Mie terus konsisten membangun Singkawang.