INFO NASIONAL – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) meluncurkan buku terbaru sebagai buku ke-23 bertajuk 'Indonesia Era Disrupsi; Utak Atik Politik Negara di Era Disrupsi dan Pandemi'. Menurutnya, era disrupsi adalah keniscayaan yang mustahil dihindari, namun dapat disiasati.
Misalnya, kata Bamsoet, dalam menyikapi krisis energi global, kenaikan harga minyak dunia hingga akhir tahun 2022 diperkirakan mencapai 98 US dolar per barel. Jauh melebihi asumsi APBN 2022 sebesar 63 US dolar per barel. Di sisi lain, beban subsidi untuk BBM, Pertalite, solar, dan LPG sudah mencapai Rp 502 triliun. Kenaikan harga minyak yang terlalu tinggi akan menyulitkan kita dalam mengupayakan tambahan subsidi, untuk meredam tekanan inflasi.
"Salah satu cara menyiasatinya, kita harus mempercepat migrasi kendaraan dari berbahan bakar minyak ke bermotor listrik. Setiap pengalihan satu unit kendaraan berbahan bakar minyak ke bermotor listrik, akan berkontribusi pada pengurangan subsidi negara sebesar Rp 22,9 juta per tahun. Langkah alternatif lainnya dengan mengubah skema pemberian subsidi energi, menjadi subsidi yang diberikan secara langsung kepada orang yang tidak mampu, sehingga lebih tepat sasaran," kata Bamsoet saat meluncurkan dua bukunya, di Jakarta, Rabu 10 Agustus 2022.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar sekaligus Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini menambahkan, contoh lain menyikapi krisis pada sektor pangan, di mana perang Rusia-Ukraina telah menyebabkan terhambatnya pasokan gandum dunia sebanyak 30 hingga 40 persen. Kelangkaan gandum ini bisa berdampak pada lonjakan harga dari berbagai produk turunannya, misalnya produk mie instan yang diprediksi naik hingga 3 kali lipat.
"Mengantisipasinya, kita harus segera mengintensifkan pertanian di dalam negeri sehingga tidak terlalu bergantung kepada impor. Misalnya, meningkatkan luas tanam sorgum dan singkong di dalam negeri sebagai pengganti gandum ekspor. Era Disrupsi harus membuat kita mengubah tantangan menjadi peluang, dan mengubah peluang menjadi keberhasilan," kata Bamsoet.
Indonesia berdasarkan hasil survey Bloomberg, kata dia, dianggap sebagai negara dengan tingkat resiko resesi yang kecil, hanya 3 persen, sangat jauh jika dibandingkan rata-rata negara Amerika dan Eropa (40 hingga 55 persen) ataupun negara Asia Pasifik (pada rentang antara 20 hingga 25 persen). Rendahnya angka resiko resesi, tidak boleh membuat masyarakat Indonesia lalai. “Mengingat saat ini kita hidup di era disrupsi, segala hal saling berhubungan dan berbagai kemungkinan dapat terjadi," ujar Bamsoet.
Dalam peluncuran dua buku Bamsoet, turut hadir para pimpinan MPR RI antara lain Ahmad Basarah, Yandri Susanto, Arsul Sani, dan Fadel Muhammad; pimpinan DPD RI antara lain Sultan Baktiar Najamudin dan Letjen TNI Mar (Purn) Nono Sampono; Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi; Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo; Sekjen Partai Hanura Kodrat Shah; Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Hinca Pandjaitan; mantan Wakapolri Komjen Pol (purn) Nanan Soekarna; dan tokoh pengusaha nasional Setiawan Djodi.
Selain itu, para intelektual yang menjadi narasumber bedah buku, antara lain Anggota DPD RI sekaligus Pakar Hukum Tata Negara Prof. Jimly Asshiddiqie; Rektor IPB University Prof. Arief Satria; Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa; serta pengamat marketing Edo Lavika.