Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penemuan 11 Makam Kuno dengan Nisan Tipe Demak-Troloyo di Sukabumi, Siapakah Mereka?

image-gnews
Lafaz pada salah satu batu nisan makam kuno di Situs Pemakaman Kuno Dumusgede di Kampung Tangkolo, Desa Purwasedar, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi. | Istimewa
Lafaz pada salah satu batu nisan makam kuno di Situs Pemakaman Kuno Dumusgede di Kampung Tangkolo, Desa Purwasedar, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi. | Istimewa
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Niskala Institute menemukan situs pemakaman kuno peninggalan masa kolonial di Desa Purwasedar, Ciracap, Sukabumi, Jawa Barat. Diperkirakan, kuburan kuno yang kemudian diberi nama Situs Pemakaman Kuno Dumusgede itu telah ada sejak awal abad ke-19 hingga paruh awal abad ke-20 Masehi.

Niskala Institute adalah pusat studi dan dokumentasi kebudayaan, sejarah, serta peradaban Nusantara berpusat di Bandung. Hasil penelitian tersebut merupakan tindak lanjut dari penemuan 11 makam kuno di Situs Pemakaman Kuno Dumusgede, yang telah diidentifikasi Niskala Institute saat penelitian awal pada Rabu, 6 Juli 2022. Penelitian ini dipimpin oleh Muhamad Alnoza dari Universitas Gadjah Mada, dengan empat peneliti lain yakni Bagus Dimas Bramantio, Garin Dwiyanto Pharmasetiawan, Isa Akbarulhuda, dan Nikolas Dalle Bimo Natawiria dari Universitas Indonesia.

Makam Kuni Dumusgede Peninggalan Mataram di Sukabumi?

Sejarawan Sukabumi Irman Firmansyah menanggapi hasil penelitian di dekat Tempat Pemakaman Umum atau TPU Dumuskadu di Kampung Tangkolo, Desa Purwasedar, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi tersebut. Menurut Irman, keberadaan nisan model kurawal yang ditemukan di situs tersebut bentuknya mengacu pada nisan tipe Demak-Troloyo. Namun, melihat waktu pembuatan dan ragamnya, Irman menyebut, patut diduga nisan ini merupakan model Hanyakrakusuman atau tipe Mataraman yang hadir sejak abad ke-18 hingga abad ke-20 dengan corak Islam.

Hal ini sesuai dengan temuan Niskala Institute, bahwa tahun-tahun yang tercantum dalam nisan dan jirat diketahui pembuatannya sekitar 1901 hingga 1950. Menurut Irman, meskipun bercorak Islam, lengkung kurawal merupakan perpaduan antara kebudayaan Hindu dan Islam. “Model kurawal atau Sulur Makara sebenarnya mengadaptasi simbol makara yang meliuk di pintu atau tangga candi,” kata Ketua Yayasan Dapuran Kipahare ini pada Senin, 25 Juli 2022, dikutip dari sukabumiupdate.com mitra Teras.id.

Irman mengatakan, ditengok dari pengelompokan huruf prasasti di Situs Pemakaman Kuno Dumusgede yakni Arab, Arab Pegon atau abjad Arab yang dimodifikasi, Cacarakan, dan Latin, hal ini menyiratkan bahwa pemakaman tersebut merupakan persemayaman jasad menak dan keluarganya. Menak adalah suatu istilah yang mengacu kepada kelas sosial atau golongan bangsawan dalam kebudayaan Sunda. Secara umum, menak pada masa tersebut menggunakan gelar Mataraman yang berbunyi Ing Alogo Sayidin Panotogomo yaitu gelar Raja Mataram Islam pertama.

Pengaruh awal Mataram di Priangan, wilayah Jawa Barat bagian selatan seperti Kabupaten Ciamis, Pangandaran, Tasikmalaya, Garut, Kota Banjar, Sumedang, Cimahi, Bandung, Cianjur, dan Sukabumi, masih banyak digunakan hingga beberapa abad sesudahnya. Terutama oleh para menak, karena gelar tersebut melengkapi jabatan yang diembannya baik sebagai pemimpin masyarakat atau pemimpin agama. “Bisa kita ketahui banyaknya kalimat Islam seperti Laailaahailallah Muhammadarasulullah atau para sahabat Usman, Ali, dan Abu Bakar di pekuburan menyiratkan kentalnya pengaruh agama Islam,” kata Irman.

Irman mengatakan, beberapa tulisan di batu nisan makam kuno tersebut memang kurang jelas untuk ditafsirkan. Misal, ada tulisan “ISYU 1912” yang kurang lazim digunakan karena menggunakan huruf Y. Biasanya, sesuai ejaan Van Ophuijsen di masa tersebut, huruf Y ditulis sebagai J. Beberapa nama dan tahun menyiratkan nama seperti “Nyai Sujiyad” yang meninggal di bulan Safar 1901. Kemudian, ada nama Ali Matado yang menurut Irman dibaca Ali Murtadha. Kemudian nama Rukmina yang meninggal pada 1950 tertulis “Titimangsa Tilar Dunya Bani Bin Abi Rukmina”.

Terdapat tulisan lain yang kemungkinan digunakan sebagai penanda. Misalnya terdapat tulisan Syimalan, artinya kiri dalam Bahasa arab. Menurut analisa Irman, tulisan tersebut sebagai penunjuk arah kiblat. Karena dalam ajaran Islam, kuburan dianjurkan mengarah ke kiblat. Begitu juga peziarah diharapkan mengarah kiblat. Sehingga, di wilayah tatar Sunda dan Indonesia pada umumnya, para peziarah berada sebelah kiri kuburan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Yang menarik adalah ada tulisan Demang Tilar Dunya Ahad Waharsh Huwa Aa 1944 15. Demang biasanya identik dengan jabatan tinggi di suatu daerah yaitu sebagai kepala distrik atau disebut juga wedana,” kata Irman.

Tetapi, demang juga kadang ditujukan pada jabatan di bawahnya, seperti asisten wedana yang mengepalai onderdistrik atau setingkat kecamatan saat ini. Dalam laporan koran zaman Hindia Belanda, De Locomotief, Irman mengatakan tertulis jabatan Asisten Wedana Ciracap tanggal 5 September 1905 adalah Kanduruan Wiria Dihardja. Irman menduga tulisan Waharsh Huwa Aa sebenarnya merupakan Wiradiharja. “Ini sangat menarik untuk digali oleh para filolog,” kata dia.

Hal menarik lainnya, kata Irman, pada nisan dengan tanggal 21 Rajab 1909 tertulis “Perkuburan dari tiga layal”. Dia menduga kemungkinan semestinya tulisan itu terbaca “Pekuburan dari tiga layon”. Layon adalah jasad. Sebab, di beberapa kuburan lumrah terdapat jasad yang dijadikan satu lahat. Selain itu, ada pula beberapa nisan tanpa nama prasasti. Biasanya, penanda nisan batu tanpa nama digunakan menak zaman dulu sebelum mengenal nisan bertulis. Mereka meletakkan batu hitam sebagai penanda supaya kuburan tidak ditumpuk jika ada yang hendak dikuburkan.

“Mungkin sesudah dikenal nisan bertulis, mereka akhirnya menuliskan mengenai tiga jasad yang berada di kuburan karena tidak mengenal namanya. Namun harus ada kajian lebih lanjut,” ujar Irman.

HENDRIK KHOIRUL MUHID

Baca: Dosen Ini Temukan Batu Mirip Artefak di Sukabumi

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Warga Pinggir Hutan Gunung Salak Resah, Jumlah Ternak Diserang Hewan Buas Meningkat

1 hari lalu

Seekor macan tutul tertangkap kamera sedang berjalan di antara rimbunnya hutan di Taman Nasional Halimun-Salak. Dibandingkan dengan macan tutul lainnya, macan tutul jawa berukuran paling kecil. CIFOR
Warga Pinggir Hutan Gunung Salak Resah, Jumlah Ternak Diserang Hewan Buas Meningkat

Selain khawatir atas hewan ternaknya, warga kampung di perbatasan hutan Gunung Salak juga cemas keselamatan anggota keluarganya.


Ruri Repvblik Alami Kecelakaan Tunggal, Istri Kabarkan Kondisi Saat Ini

4 hari lalu

Ruri Repvblik mengunggah foto bersama istrinya,   Chisa Anne sebelum melakukan turing. Foto: Instagram.
Ruri Repvblik Alami Kecelakaan Tunggal, Istri Kabarkan Kondisi Saat Ini

Istri Ruri Repvblik mengabarkan kondisi terkini suaminya setelah mengalami kecelakaan tunggal di Cimahi, Jawa Barat.


Gempa Bermagnitudo 4,8 Guncang Sebagian Sukabumi Sabtu Dini Hari

4 hari lalu

BMKG mencatat gempa bermagnitudo 4,8 di Sukabumi, Jawa Barat, pada Sabtu dinihari, 7 September 2024 (Dok. BMKG)
Gempa Bermagnitudo 4,8 Guncang Sebagian Sukabumi Sabtu Dini Hari

Gempa bermagnitudo 4,8 dirasakan sebagian warga Sukabumi pada Sabtu dini hari, 7 September 2024 pukul 02.02 WIB.


Berdalih Demi Solidaritas, Dua Pelajar di Sukabumi Aniaya Siswa Sekolah Lain Hingga Tewas

11 hari lalu

Ilustrasi penganiayaan
Berdalih Demi Solidaritas, Dua Pelajar di Sukabumi Aniaya Siswa Sekolah Lain Hingga Tewas

Polres Sukabumi mengungkap motif penganiayaan yang dilakukan dua pelajar salah satu Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kecamatan Cicurug


Polres Sukabumi Selidiki Kasus Wanita Dibunuh Pria Diduga ODGJ

16 hari lalu

Ilustrasi pembunuhan. FOX2now.com
Polres Sukabumi Selidiki Kasus Wanita Dibunuh Pria Diduga ODGJ

Kini kasus perempuan dibunuh ODGJ itu diambil alih oleh Satuan Reskrim Polres Sukabumi.


Penemuan Mayat Tersangkut di Pintu Air PLTA Ubrug Sukabumi, Polisi Ungkap Identitasnya

17 hari lalu

Ilustrasi mayat. Pakistantoday.com
Penemuan Mayat Tersangkut di Pintu Air PLTA Ubrug Sukabumi, Polisi Ungkap Identitasnya

Jasad itu ditemukan oleh petugas yang hendak membersihkan sampah di pintu air PLTA Ubrug di Kampung Cikuya, Sukabumi.


Puluhan Makam Keramat di Palabuhanratu Disebut Palsu, Batu Disusun Serupai Kuburan Ratusan Tahun

20 hari lalu

Lokasi penemuan puluhan makam keramat palsu yang berada di Kampung Baru, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jabar. ANTARA/Aditya Rohman
Puluhan Makam Keramat di Palabuhanratu Disebut Palsu, Batu Disusun Serupai Kuburan Ratusan Tahun

Puluhan makam keramat di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, diduga palsu. Ada 41 makam termasuk satu yang dianggap paling keramat.


Rosiana Ungkap Derita Kakaknya jadi Korban TPPO Disekap di Myanmar: Penyiksaan 300 Kali, Komunikasi Sulit

21 hari lalu

Konferensi pers Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) bertajuk
Rosiana Ungkap Derita Kakaknya jadi Korban TPPO Disekap di Myanmar: Penyiksaan 300 Kali, Komunikasi Sulit

Yulia Rosiana, keluarga korban TPPO asal Bandung, mengungkapkan kisah tragis yang dialami oleh kakaknya, Wildan Rohdiawan yang disekap di Myanmar.


BMKG Ungkap Rentetan Gempa Dangkal dari Laut Selatan Dekat Sukabumi 2 Hari Ini

27 hari lalu

Gempa Sukabumi pada 15 Agustus 2024. X/BMKG
BMKG Ungkap Rentetan Gempa Dangkal dari Laut Selatan Dekat Sukabumi 2 Hari Ini

BMKG mencatat puluhan gempa susulan pasca-gempa tektonik magnitudo 5,1 dari laut selatan yang getarkan Sukabumi pada Kamis dinihari.


Motif Kasus Suami Bunuh Istri di Cimahi, Polisi: Cemburu Baca Pesan Mesra di Ponsel

27 hari lalu

Sahir, tersangka pembunuhan istri saat dihadirkan di Polres Cimahi, Jawa Barat, Rabu 14 Agustus 2024. ANTARA/Rubby Jovan
Motif Kasus Suami Bunuh Istri di Cimahi, Polisi: Cemburu Baca Pesan Mesra di Ponsel

Tersangka kasus suami bunuh istri di Cimahi, Jawa Barat itu dijerat dengan Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan.