"Kita butuh "preman" yang berani mengambil risiko untuk berdagang. Tanpa orang yang berani mengambil risiko tidak akan bisa. Kapan negara ini bisa maju? Kapan industri bisa maju?," kata Kalla saat membuka Musyawarah Besar Pemuda Pancasila ke VIII di Asrama Haji, Pondok Gede, Sabtu (21/2).
Kalla mengatakan semangat harus muncul di kalangan Pemuda Pancasila, yang oleh banyak orang dikatakan preman. Preman, oleh Kalla, diartikan sebagai orang yang bekerja di luar pemerintah. "Itu artinya free man, artinya orang swasta. Bukan orang pemerintahan," katanya.
Karena itu, kata dia, "free man" sangat dibutuhkan bangsa ini untuk maju dan berkembang. Menurut dia, kalau semua orang bekerja di pemerintah dan masuk ke dalam birokrasi, kapan sampainya bangsa ini untuk maju.
"Kita butuh 'preman' untuk melaksanakan ekonomi, melaksanakan pasar. Kita butuh orang yang punya sifat adventure untuk melakukan pendekatan yang adil," katanya.
Pada bagian lain, Kalla menjelaskan, tidak ada kemajuan ekonomi tanpa nilai tambah untuk mengelola kekayaan alam di Indonesia. Sementara, nilai tambah tak mungkin dicapai tanpa ilmu pengetahuan. Karena itu Indonesia membutuhkan pendidikan, kemampuan manajerial, kredibilitas dan sikap yang tegas sebagai bangsa.
"Pergunakan otak kita sendiri. Jangan asal setiap kali kurang minta kepada orang lain atau minta bantuan konsultan asing," kata dia.
"Pergunakan juga otot kita. Otot bukan untuk berkelahi. Walaupun berkelahi bukan hal yang tidak perlu. Kalau ada sesuatu yang mengganggu harga diri, yang mengganggu siri jawabannya adalah berkelahi. Itulah jika ingin mempertahankan harga diri."
Dihadapan para peserta musyawarah, Kalla juga didapuk sebagai warga kehormatan Pemuda Pancasila. Secara simbolik, Kalla dipasangkan jaket bergambar loreng berwarna oranye strip hitam.
NININ DAMAYANTI