Generasi Muda Aisyiyah
Berdasarkan Journal of Islamic Studies, SP Wanita mengadopsi nama ‘Nasyiatul Aisyiyah’ yang artinya adalah generasi muda Aisyiyah. Nama tersebut mulai diresmikan pada tanggal 16 Mei 1931. Lalu di tahun 1963 dalam Muktamar Muhammadiyah di Yogyakarta, NA meminta otonomi dan disetujui. Kemudian pada 19-24 Juli 1965 Nasyiatul Aisyiyah menyelenggarakan kongres nasional pertamanya sebagai organisasi otonom.
Masa otonomi ini dilakukan karena keinginan para perempuan untuk mengembangkan minat dan kebutuhannya sendiri. Selain itu, mereka menilai remaja putri di dasawarsa pasca kemerdekaan berbeda dengan dasawarsa akhir kolonial
Selama proses otonomi itu, mereka tetap menjaga hubungan dekat dengan kedua induk, yaitu Muhammadiyah dan Aisyiyah, dengan mendeklarasikan NA sebagai mengurus dan menyempurnakan ikhtiar organisasi mereka,
Dari pengalaman pada 1960-an, memang sangat jelas bahwa kepemimpinannya didominasi oleh kelompok intelektual perempuan yang belajar di universitas negeri. Meskipun ada banyakNasyiah perempuan lulusan sekolah agama atau pesantren, dan mereka yang tinggal di desa, mereka belum begitu berpengaruh.
Setelah otonomi pun banyak anggota membangun kembali citra mereka sebagai kewanitaan muda. Mereka mengubah usia keanggotaan diperpanjang yang awalnya adalah 7–18 tahun menjadi 12–35 tahun. Padahal sebelumnya ‘pemuda’ adalah didefinisikan dalam kaitannya dengan status belum menikah (atau pra-nikah) dan usia dini masa remaja.
Pada 1990-an, NA mengadopsi pemahaman gender dan perspektif dalam melihat berbagai isu perempuan dalam Islam. Hal ini sekaligus membuat adanya sekat terhadap kedua organisasi yang menaunginya. Namun melalui komunikasi yang terus menerus, Nasyiah berhasil memperbaiki hubungan tersebut dan bahkan meningkatkan kedudukan Nasyiah dalam keluarga Muhammadiyah.
Sejak 1995, Muhammadiyah mulai menyikapi isu peremuan ketika Majlis Tarjih berganti nama menjadi Dewan Pendapat Agama dan Pengembangan Pemikiran Islam. Hal ini merupakan kesempatan Nasyiatul Aisyiyah untuk menegosiasikan ruang dan status yang lebih baik untuk anak perempuan di dalam keluarga Islam Indonesia. Sejumlah wanita di Aisyiyah pun turut aktif mengisi posisi tersebut.
FATHUR RACHMAN
Baca: Nasyiatul Aisyiyah Tolak Muhammadiyah Dirikan Partai
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.