6. Aksi polisi tembak polisi, atasan ditembak bawahan pada Selasa, 18 Maret 2014
Kepala Detasemen Makras (Denma) Polda Metro Jaya AKB Pamudji meninggal dunia setelah ditembak di bagian kepala oleh bawahannya, Brigadir Susanto di kantor piket Kepala Pelayanan Markas Polda Metro Jaya, Selasa, 18 Maret 2014. Penembakan terjadi diduga lantaran Brigadir Susanto tak terima ditegur oleh AKB Pamudji.
Menurut Kapolda Metro Jaya saat itu, Irjen Pol (sekarang Komjen. Pol) Dwi Priyatno, pelaku tak terima dimarahi korban karena memakai pakaian preman saat piket. “Dia pakai pakaian preman, jadi dimarahi atasan, yang bersangkutan tidak terima,” kata Dwi, Rabu 19 Maret 2014.
7. Aksi koboi, polisi ditembak polisi, Sabtu, 15 Februari 2014
Brigadir Kepala Lasmidi mengalami luka tembak di dada kiri dalam aksi koboi bersama dengan tiga polisi di Jalan Gatot Subroto, Tangerang, pada Sabtu, 15 Februari 2014. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar saat itu, Rikwanto menceritakan kronologi kejadian kepada Tempo, Ahad, 16 Februari 2014.
Kejadian yang berlangsung pukul 17.00 WIB itu bermula saat Brigadir Kepala Ridho menerima ini informasi adanya dugaan perampokan bersenjata di dalam mobil angkutan kota. Anggota tim buru sergap Kepolisian Sektor Metro Jatiuwung itu mendapat informasi dari anggota Yon 203 AK. Ridho kemudian memberi tahu Lasmidi dan keduanya bersama anggota Yon 203 AK menuju lokasi kejadian penembakan, di depan Giant Ekstra Cimone, Kota Tangerang.
Di TKP Lasmidi langsung melepaskan tembakan peringatan ke atas. Kemudian menodongkan senjata ke dalam angkutan kota yang di dalamnya berisi empat orang, plus sopir. Anggota polisi yang diduga adalah Aipda NBB dari Polresta Tigaraksa balas menembak Lasmidi. Dia tak mengetahui bahwa Lasmidi adalah anggota polisi karena Lasmidi berpakaian preman. “Karena sebagai reserse, Lasmidi tak mengenakan seragam,” Rikwanto menjelaskan.
8. Polisi tembak polisi di Makassar, Sabtu, 6 April 2013
Briptu Ishak Trianda nekat menembak Kepala Rumah Sakit Bayangkara Makassar Kombes Purwadi di Ruang Komite Medik RS Bayangkara Makassar pada 6 April 2013. Insiden penembakan terjadi diduga akibat pelaku kecewa terhadap karumkit yang dianggap mengabaikan tata kelola proyek perluasan rumah sakit yang dipimpin korban.
Proyek pengembangan ruang perawatan dan layanan medik yang sudah berjalan satu tahun itu, oleh Ishak dianggap tidak memperhatikan keselamatan ratusan penghuni asrama polisi yang hanya dipisahkan oleh tembok dengan rumah sakit Polri kelas B tersebut.
Pelaku menilai, perluasan sekitar setengah meter itu juga akan membuat akses jalan rumahnya bertambah sempit. Selain itu, kuat dugaan anggota Polrestabes Makassar ini menembak Purwadi karena lubang galian yang sementara dikerjakan pihak rumah sakit itu menyebabkan anaknya sering jatuh ke lubang.
9. Bawahan tembak mati atasan karena tak terima dimutasi, Rabu, 14 Maret 2007
Seorang anggota provost, Briptu Hance Christianto, menembak atasannya, Wakil Kepala Kepolisian Kota Besar Semarang AKB Lilik Purwanto. Penembakan terjadi di ruang kerja Lilik pada Rabu, 14 Maret 2007 usai apel pagi. Lilik tewas dengan enam tembakan dari jarak kurang dari dua meter bersarang di dada dan kepalanya. Briptu Hance diduga kecewa karena dimutasi ke Polres Kendal.
Setelah menghabisi AKBP Lilik Purwanto, Hance juga tewas. Hance tewas terkena satu tembakan. Namun belum jelas asal tembakan. Ada kemungkinan juga Hance bunuh diri. Kapolda Jawa Tengah kala itu, Irjen Pol Doddy Sumantyawan kepada wartawan di Mapolda Jawa Tengah, Semarang, Jumat, 16 Maret 2007 membantah pemberitaan bahwa Briptu Hance tewas diberondong tembakan oleh Provoost.
10. Usai tembak atasannya, polisi bunuh diri, Rabu, 27 April 2005
Iptu Sugeng menembak Ajun Komisaris Ibrahim Gani di ruang Samapta Polres Jombang, Jawa Timur. Kasus penembakan pada Rabu pagi, pukul 6.30 WIB, 27 April 2005 itu diduga terjadi karena stres yang dialami Iptu Sugeng setelah dimutasi. Seusai menembak atasannya, Sugeng menembak kepalanya sendiri hingga tewas.
Dari informasi yang dihimpun Tempo interaktif, kini tempo.co, ketika itu Ibrahim tengah membaca koran di ruangannya. Pistol dan ikat pinggang yang belum ia kenakan tergeletak di atas meja. Tiba-tiba Sugeng menyelonong masuk ruangan dan langsung meraih pistol di meja. Lalu, tanpa sepatah kata Sugeng menembak dada Ibrahim dua kali. Ibrahim tersungkur bersimbah darah.
Detik berikutnya, dengan cepat Sugeng ganti mengarahkan pistol ke pelipisnya sendiri. Cukup dengan satu tembakan, Sugeng pun roboh. Bunyi tembakan itu mengagetkan para polisi yang hendak bersiap apel. Mereka segera berhamburan ke ruangan Ibrahim. Di situ, mereka mendapati Sugeng sudah tewas. Di sebelahnya, tergeletak Ibrahim yang masih bernapas. Perwira itu segera dilarikan ke RSUD Swadana Jombang sebelum akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jawa Timur untuk menjalani operasi.
Proses operasi mengeluarkan proyektil dari tubuh Ibrahim yang dimulai pukul 11.00 itu berjalan lancar. Setelah sekitar dua jam dioperasi, Ibrahim dipindahkan ke ruang perawatan dalam kondisi sadar. Perwira polisi yang nahas itu didampingi istrinya, AKP Habibah yang juga pengajar di Sekolah Polisi Nasional (SPN) Mojokerto. “Kondisi Ibrahim stabil,” kata dokter Steven, salah seorang tim dokter yang mengoperasi Ibrahim.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca: 2 Polisi Baku Tembak di Rumah Kadiv propam Irjen Ferdy Sambo, Ada 12 Peluru Berhamburan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.