INFO NASIONAL - Ketua MPR RI sekaligus Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bambang Soesatyo mengajak produsen otomotif seperti Morris Garage untuk memproduksi kendaraan listrik di Indonesia.
"Sebagai konsumen dan pecinta otomotif, saya mengapresiasi kendaraan berbahan bakar minyak yang diproduksi Morris Garage. Dari desain eksterior dan interior, maupun dari segi mesin dan teknis lainnya, tidak kalah hebat dibandingkan pabrikan otomotif lainnya. Jauh lebih bagus lagi jika Morris Garage bisa segera mengembangkan kendaraan listrik dan membuka pabrik produksinya di Indonesia,” ujar Bamsoet saat menerima order perdana 2 unit mobil MG warna Hitam dan Kuning di dealer Morris Garage, Jakarta, Kamis, 14 Juli 2022.
Keunggulan memiliki pabrik produksi kendaraan listrik di Indonesia, Bamsoet melanjutkan, karena negara ini memiliki cadangan nikel terbesar dunia. Pemerintah melalui UU Cipta Kerja juga telah memberikan banyak kemudahan kepada para investor untuk membangun pabrik di Indonesia.
Kehadiran pabrik kendaran listrik juga sebagai dukungan terhadap Perpres Nomor 55 Tahun 2019 yang dikeluarkan Presiden Joko Widodo tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBL-BB) untuk Transportasi Jalan. Sekaligus membantu merealisasikan target pemerintah agar pada tahun 2030 bisa memproduksi sendiri 600 ribu unit mobil listrik serta 2,45 juta unit motor listrik.
Bamsoet menuturkan, pasar kendaraan listrik di Indonesia sangat besar. Terlihat dalam grand strategi energi nasional yang disusun Kementerian ESDM, diproyeksikan pada tahun 2030 nanti jumlah kendaraan listrik di Indonesia sudah menembus 2,2 juta unit mobil listrik dan 13 juta unit motor listrik.
"Hingga Maret 2022, Kementerian Perhubungan mencatat sudah ada 16.060 unit kendaraan listrik yang digunakan di Indonesia. Menunjukkan betapa besarnya minat masyarakat terhadap kendaraan listrik. Karenanya, para produsen otomotif harus segera mempersiapkan diri, khususnya dengan membangun pabrik kendaraan listrik di Indonesia, sehingga biaya produksi bisa lebih murah dan bisa dengan mudah menjual ke pasar Indonesia," tutur Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini.
Terlebih, dari hasil kajian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang kini sudah melebur kedalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dengan beralih ke kendaraan listrik, Indonesia bisa menurunkan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar 51 juta barel (8,8 juta kiloliter) pada tahun 2030 dan sebesar 373 juta barel (setara dengan 64 juta kiloliter) pada tahun 2050.
"Dengan asumsi nilai tukar rupiah sebesar Rp 15.000 per USD, maka potensi penghematan devisa dari penurunan impor bensin bisa mencapai 5,86 miliar USD (sekitar 87,86 triliun rupiah) pada tahun 2030 dan meningkat menjadi 82,20 miliar USD (sekitar 1.232,93 triliun rupiah) pada tahun 2050," kata Bamsoet. (*)