INFO NASIONAL - Ketua MPR Bambang Soesatyo turut berdukacita atas wafatnya Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPan-RB) Tjahjo Kumolo.
Bamsoet menyatakan bawa Tjahjo Kumolo merupakan sosok yang telah memberikan banyak kontribusi bagi pembangunan politik dan kenegaraan. Terbukti dengan enam periode jabatan wakil rakyat di DPR RI, dan dua periode jabatan menteri, yakni Menteri Dalam Negeri dalam Kabinet Kerja 2014-2019 dan Menpan-RB dalam Kabinet Indonesia Maju 2019 hingga akhir hayatnya.
"Tidak banyak yang mengetahui, setelah menamatkan pendidikan tinggi di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, almarhum kemudian aktif di Partai Golkar pada periode 1987-1998. Almarhum juga menjadi pengurus di berbagai organisasi underbow Partai Golkar seperti MKGR, AMPI, Pemuda Panca Marga hingga KNPI. Mengantarkannya menjadi anggota DPR RI dari Partai Golkar pada masa Orde Baru, hingga kemudian menjadi anggota DPR RI dari PDI Perjuangan pada masa reformasi dan seterusnya," ujar Bamsoet di Jakarta, Jumat, 1 Juli 2022.
Ia melanjutkan, saat menjadi inisiator skandal Bank Century pada Februari 2010 yang telah merugikan negara mencapai Rp 6,76 triliun, dirinya dan kawan-kawan yang bergabung dalam Tim 9 Inisiator Pansus Century banyak mendapatkan dukungan dari Tjahjo Kumolo yang saat itu menjabat Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPR sekaligus Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan.
"Almarhum terkenal memiliki keberanian yang luar biasa dalam berjuang demi bangsa dan negara, serta demi tegaknya keadilan. Tidak heran saat dipercaya menjadi Menteri Dalam Negeri, almarhum tidak segan membubarkan organisasi Hizbut Tahrir Indonesia yang aktivitas organisasinya bertentangan dengan tujuan, azas dan ciri yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945," tutur Bamsoet.
Tjahjo Kumolo telah menjadi masinis yang andal dalam membawa perubahan kecepatan layanan publik hingga perubahan budaya birokrat. Sehingga birokrasi bisa semakin adaptif, produktif, kompetitif, dan inovatif.
"Di bawah kepemimpinan beliau, semangat bela negara ASN digelorakan kembali. Sehingga meminimalisir terjadinya radikalisme dan ekstrimisme di lingkungan birokrasi negara. Hal ini tidak lain karena almarhum sangat mencintai Indonesia, sehingga tidak rela persatuan dan kesatuan bangsa, serta ideologi Pancasila diganggu oleh ideologi lain dari luar," kata Bamsoet. (*)