TEMPO.CO, Jakarta - Hoegeng Iman Santoso adalah mantan Kapolri yang dikenal sebagai polisi sederhana, jujur, dan tak kenal kompromi. Selama menjabat sebagai Kapolri, Hoegeng sudah banyak menangani berbagai kasus. Salah satu yang unik adalah ketika Hoegeng menyamar menjadi pengguna ganja.
Kala itu, awal 1970-an, ganja asal Aceh tengah diminati oleh pemuda-pemuda asal Ibu Kota. Hoegeng pada awalnya tak tahu menahu jika ganja termasuk tanaman terlarang.
Ia baru tahu ganja diklasifikasikan sebagai narkotika tatkala menghadiri konferensi Interpol di Eropa pada 1971. “Saya mengira marijuana hanya bumbu yang biasa dipakai orang Aceh dalam gulainya,” tutur Hoegeng seperti dikutip dari Majalah Tempo.
Sekembalinya dari konferensi, Hoegeng mulai mengusut pernyalahgunaan ganja. Ia menyebarkan anak buahnya ke berbagai penjuru Ibu Kota guna mengetahui lokasi para pemuda pengisap ganja.
Hoegong sendiri pun turut terjun ke lapangan. Ia menyamar menjadi anggota hippies, komunitas yang disebut lekat dengan penyalahgunaan narkotik. Ia menggunakan wig panjang, kemeja motif bunga, dan melingkari lehernya dengan syal untuk menyokong penyamarannya.
“Saya berjalan berjalan kemana-mana selama berhari-hari dan tak ada satu orang pun yang mengenali saya sebagai Hoegeng” jelas Hoegeng.
Hoegeng berhasil menemukan ganja yang diselundupkan di tukang rokok. Ia turut berbaur dengan para pemuda sambil menghisap rokok linting dan berpura-pura teler.
Dari hasil penyamarannya, ia melihat para pemuda ini menggandrungi ganja sebagai pelarian dari masalah, namun tak sedikit pula yang hanya ikut-ikutan. Ia juga menemukan beberapa pemuda itu berasal dari keluarga broken home, meskipun banyak juga yang berasal dari keluarga baik-baik saja dan kaya raya.
Dalam investigasinya, Hoegeng bahkan sempat menciduk seorang anak menteri tengah menghisap ganja. Hoegeng pun menangkap dan melaporkan sang anak kepada menteri bersangkutan.
Namun, Hoegeng tidak langsung menahan anak tersebut. Dengan setengah mengancam, Hoegeng menyatakan akan mengambil tindakan jika sang menteri tidak bisa memperbaiki kelakuan anaknya.
HATTA MUARABAGJA
Baca juga: Kisah Kapolri Hoegeng Menolak Gratifikasi dari Istri Menteri hingga Cukong Medan