TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi melalukan pertemuan bilateral dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Jerman, Senin, 27 Juni 2022. Kedua pemimpin membahas situasi di Ukraina serta Presidensi G20 Indonesia.
"Kita semua paham situasi sangat kompleks," kata Jokowi dalam keterangan tertulis Istana, Senin, 27 Juni 2022.
Akan tetapi, kata dia, semua pihak perlu terus mengupayakan penyelesaian secara damai. Jika perang berlanjut, kata dia, krisis pangan yang terjadi saat ini akan semakin memburuk.
Dalam pertemuan ini, Jokowi pun sempat memuji upaya Emmanuel Macron untuk mewujudkan perdamaian di Ukraina. Pujian disampaikan Jokowi ke Prancis, salah satu negara yang ikut mempersenjatai Ukraina melawan operasi militer Rusia yang dimulai pada 24 Februari.
Pertengahan April, Prancis mengirim lebih dari US$ 107 juta peralatan militer ke Ukraina. Macron juga menyampaikan janji untuk mengirim Caesar self-propelled howitzers dan MILAN anti-tank missiles ke Ukraina.
Aksi negara barat yang mempersenjatai Ukraina ini disorot oleh Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Indonesia Evi Fitriani. Kalau Ukraina lebih cerdas, kata dia, seharusnya tidak harus jadi bidak yang hancur karena serangan Rusia.
"Dia (Ukraina) hancur, Rusia hancur. Yang untung negara barat, karena industri militer bergeliat dengan produksi senjata. Amerika, Eropa bantu senjata," kata dia saat dihubungi.
Lebih lanjut, Jokowi juga menyampaikan apresiasi atas dukungan Prancis terhadap Presidensi G20 Indonesia. Macron kembali menyampaikan dukungan kuat dan yakin G20 akan sukses dan dapat menghasilkan kerja sama konkret.
Terakhir, Jokowi juga menyampaikan upaya penguatan bilateral Indonesia dan Prancis di bidang ekonomi, bidang pertahanan, hingga industri strategis. Dalam bidang pertahanan, Indonesia baru saja memberi 42 unit jet tempur Rafale dari Prancis, yang dilaksanakan oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.