Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Catatan Bamsoet: Stunting, Anak Putus Sekolah dan Endapan Dana Pemda

image-gnews
Bambang Soesatyo Ketua MPR RI/Kandidat Doktor Ilmu Hukum UNPAD/Dosen Fakultas Hukum, Ilmu Sosial & Ilmu Politik (FHISIP) Universitas Terbuka
Bambang Soesatyo Ketua MPR RI/Kandidat Doktor Ilmu Hukum UNPAD/Dosen Fakultas Hukum, Ilmu Sosial & Ilmu Politik (FHISIP) Universitas Terbuka
Iklan

INFO NASIONAL - Simpanan dana pemerintah daerah (Pemda) di bank yang mencapai Rp 200,75 triliun itu untuk apa dan mau diendapkan sampai kapan? Pertanyaan ini layak dikedepankan, karena pembangunan nasional yang berkelanjutan masih menghadirkan fakta masalah tentang kemiskinan hingga kemiskinan ekstrim, masalah puluhan ribu balita yang gagal tumbuh ideal akibat kekurangan gizi kronis (stunting), puluhan ribu anak putus sekolah, hingga belum terpenuhinya infrastruktur dasar pada belasan ribu desa.

Rangkaian fakta itu nyaris mengemuka di semua daerah dan desa. Jangankan daerah atau desa, Jakarta yang berstatus Ibu Kota negara belum dapat menyelesaikan stunting dan kemiskinan ekstrim.  Fakta masalah ini menjadi bukti bahwa banyak pemerintah daerah belum menunjukan kepedulian akan hakekat dan urgensi membangun manusia sebagai bagian tak terpisah dari pembangunan bangsa.

Semua pemerintah daerah diharapkan segera bergerak cepat menangani dan menyelesaikan rangkaian masalah itu. Sebab, di era terkini, rangkaian fakta masalah itu sungguh tak manusiawi. Bayangkan, saat sebagian besar masyarakat sudah beradaptasi dengan era digitalisasi dan industri 4.0, jutaan masyarakat Indonesia justru belum dapat memenuhi kebutuhan dasar, termasuk warga pada belasan ribu desa yang masih menghadapi kendala akibat infrastruktur dasar seperti jalan dan jembatan yang tidak memadai.

Rangkaian fakta masalah itu tidak sulit-sulit amat untuk segera ditangani dan diselesaikan. Sumber daya yang tersedia di semua daerah lebih dari memadai. Setiap tahun, selalu ada update data tentang kemiskinan, stunting, anak putus sekolah, termasuk informasi persoalan tentang minimnya infrastruktur dasar di banyak desa. Masalahnya, adakah kepedulian aparatur pemerintah daerah terhadap rangkaian fakta masalah tersebut?

Sekadar contoh kasus, publik tentu masih ingat ketika pada pekan pertama Desember 2021 Presiden Joko Widodo menerima oleh-oleh satu truk buah jeruk yang dibawa enam wakil warga Liang Melas Datas, Kabupaten Karo , Provinsi Sumatera Utara, di Istana Merdeka. Berhari-hari mereka menempuh perjalanan jauh untuk sekadar dapat menyampaikan aspirasi warga desa Liang Melas Datas.

Selain menyerahkan oleh-oleh itu, tujuan utama mereka adalah melapor dan memohon kepada Presiden untuk membenahi jalan di desa mereka. Sudah barang tentu bahwa mereka terpaksa melapor langsung kepada Presiden, karena laporan dan permohonan mereka tidak ditanggapi pemda. Kecenderungan seperti ini pun masih dihadapi masyarakat di belasan ribu desa.

Pembangunan nasional berkelanjutan memang telah membawa kemajuan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat. Namun, harus pula diakui bahwa proses pembangunan itu belum menyentuh semua warga negara. Sebab, masih ada fakta tentang kemiskinan hingga kemiskinan ekstrim. Juga masalah puluhan ribu balita yang gagal tumbuh ideal akibat kekurangan gizi kronis (stunting).
Jangan lupa pula bahwa puluhan ribu anak putus sekolah karena berbagai alasan. Selain itu, infrastruktur dasar pada belasan ribu desa belum terpenuhi, seperti jalan, jembatan, air bersih hingga penerangan. Keterbatasan infrastruktur menghambat warga desa untuk menjangkau kemajuan serta beraktivitas lain sebagaimana mestinya.

Tentang kemiskinan, data Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan bahwa tingkat kemiskinan ekstrem pada 2021 mencapai empat (4) persen atau 10,86 juta jiwa. Sedangkan angka kemiskinan 26,5 juta atau 9,71 persen. Salah satu faktor penyebab kemiskinan adalah minimnya infrastruktur dasar yang menyulitkan warga untuk ragam kegiatan produktif.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Fakta lain yang perlu mendapat perhatian semua Pemda adalah stunting atau kondisi gagal tumbuh ideal pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) karena kekurangan gizi kronis.  Menurut data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), angka stunting di Indonesia masih 24,4 persen atau 5,33 juta dari jumlah 23 juta anak balita per 2021. Masih berada di atas standar yang ditetapkan WHO, yakni 20 persen.

Masih dalam konteks pembangunan manusia, semua pemerintah daerah pun hendaknya menyimak Laporan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Dampak pandemi Covid-19 pada dunia pendidikan sangat besar. Salah satu dampak itu adalah meningkatnya jumlah anak putus sekolah.

Banyak anak didik berhenti bersekolah karena ikut membantu ekonomi keluarga selama pandemi. Dilaporkan, ada 75.303 orang anak yang putus sekolah pada 2021. Paling banyak adalah anak putus sekolah di tingkat sekolah dasar (SD) dengan 38.716 orang.

Aspek lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah infrastruktur desa. Idealnya, semua desa memiliki akses untuk beradaptasi dengan era digitalisasi sekarang ini. Warga desa harus memiliki akses untuk mempromosikan potensi desanya. Nyatanya, banyak desa yang masih harus berjuang untuk sekadar melengkapi infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan dan listrik hingga jaringan internet.

Sejatinya, semua fakta masalah itu bisa diselesaikan oleh semua pemerintah daerah. Sumber daya yang tersedia di daerah cukup memadai untuk menanganinya. Sebagaimana dilaporkan oleh Kementerian Keuangan, hingga akhir Mei 2022, simpanan dana pemda di perbankan mencapai Rp 200,75 triliun. Jumlah ini menggambarkan peningkatan signifikan, karena ada kenaikan Rp 9,18 triliun atau 4,79, dibanding April 2022 yang jumlahnya Rp 191,57 triliun.

Disimpan di bank untuk apa? Dan, mau sampai kapan dana ratusan triliun itu diendapkan begitu saja? Padahal, di hadapan semua Pemda, masih mengemuka fakta masalah tentang kemiskinan hingga kemiskinan ekstrim, masalah stunting, masalah anak putus sekolah, hingga belum terpenuhinya infrastruktur dasar pada belasan ribu desa. (*)

Bambang Soesatyo (Ketua MPR RI/Kandidat Doktor Ilmu Hukum UNPAD/Dosen Fakultas Hukum, Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Terbuka)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Telkom Indonesia Raih Penghargaan Linkedin Top Companies 2024

9 jam lalu

Telkom Indonesia Raih Penghargaan Linkedin Top Companies 2024

Telkom Indonesia kembali meraih penghargaan sebagai tempat kerja terbaik untuk mengembangkan karier versi LinkedIn Top Companies 2024.


Minuman Sehat dari Daerah Gunungkidul

11 jam lalu

Minuman Sehat dari Daerah Gunungkidul

Banyaknya kasus gagal ginjal, diabetes dan obesitas, baik pada orang dewasa maupun anak-anak, serta keprihatinan atas kondisi masyarakat Gunungkidul di musim kemarau, membuat pemuda lulusan SMK di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bernama Alan Efendhi mendirikan Rasane Vera, pada 2018 lalu.


Reza Permadi Hadirkan Alat untuk Data Pengunjung Desa Wisata di 14th SIA 2023

12 jam lalu

Reza Permadi Hadirkan Alat untuk Data Pengunjung Desa Wisata di 14th SIA 2023

Keunggulan AVMS adalah ia mudah digunakan oleh pengelola destinasi wisata atau desa wisata


Bank Mandiri Kembali Gelar Kampiun LinkedIn Top Companies 2024

15 jam lalu

Bank Mandiri Kembali Gelar Kampiun LinkedIn Top Companies 2024

Bank Mandiri konsisten melengkapi dan mengadopsi berbagai elemen best practices dalam pengelolaan SDM


Kemenkominfo Nyatakan Hoaks Isu MUI Serukan Boikot Produk Aqua

16 jam lalu

Kemenkominfo Nyatakan Hoaks Isu MUI Serukan Boikot Produk Aqua

Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) memberikan cap hoaks pada sejumlah unggahan di media sosial Facebook dengan narasi yang mengklaim Majelis Ulama Indonesia (MUI) memboikot produk air minum dalam kemasan merek Aqua karena dianggap pro-Israel.


GM PLN UID Banten Operasikan 51 Unit SPKLU, Layani Arus Balik Jalur Mudik Tol Jakarta-Merak

17 jam lalu

GM PLN UID Banten Operasikan 51 Unit SPKLU, Layani Arus Balik Jalur Mudik Tol Jakarta-Merak

Di setiap lokasi rest area SPKLU terdapat posko siaga PLN yang dapat dimanfaatkan para pengguna mobil listrik untuk beristirahat dan menunggu pengisian baterai.


PLN Siaga di Zona Utama Transportasi Publik Saat Arus Mudik-Balik Lebaran 2024

17 jam lalu

PLN Siaga di Zona Utama Transportasi Publik Saat Arus Mudik-Balik Lebaran 2024

PT PLN (Persero) memastikan kelistrikan dalam kondisi prima di zona utama transportasi publik untuk menghadapi arus balik Idul Fitri 1445 H.


Tersedia SPKLU PLN di Sumatra Bikin Nyaman Mudik dengan Kendaraan Listrik

17 jam lalu

Tersedia SPKLU PLN di Sumatra Bikin Nyaman Mudik dengan Kendaraan Listrik

Kehadiran fasilitas SPKLU menjadi salah satu faktor penting dalam kelancaran arus mudik Lebaran tahun ini bagi kendaraan listrik


Akademisi Dorong Metode Nikson Nababan Bangun Desa Diterapkan Nasional

17 jam lalu

Akademisi Dorong Metode Nikson Nababan Bangun Desa Diterapkan Nasional

Nikson Nababan menggunakan model NIKSON (needs, innovation, knowledge, synergy, operation and norm) dalam perencanaan pembangunan daerah berbasis data presisi.


Upayakan Keselamatan Penerbangan, AirNav Dukung Festival Balon Udara yang Ditambatkan di Pekalongan

18 jam lalu

Upayakan Keselamatan Penerbangan, AirNav Dukung Festival Balon Udara yang Ditambatkan di Pekalongan

AirNav Indonesia, beberapa tahun belakangan ini terus aktif mensosialisikan akan potensi bahaya tersebut, dan mengenalkan cara lain untuk bisa menikmati balon-balon udara, yaitu dengan cara ditambatkan.