TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bercerita tentang masa kecilnya ketika berada di lingkungan Istana Negara. Dia merasakan bahwa dinamika politik sangat kuat dirasakan dari melihat para tokoh bangsa yang hadir saat itu.
“Bayangkan, jangan dipikir di istana hidupnya enak, di sana paling besar dinamika politiknya, lho,” katanya saat penutupan Rakernas PDI Perjuangan di Sekolah PDI Perjuangan, Kamis, 23 Juni 2022.
Megawati juga bercerita dari masa kelahirannya yang heboh karena diumumkan langsung oleh pihak Istana Kepresidenan. Saat itu, dia baru lahir dan langsung memiliki pengawal dan pengasuh sendiri.
“Terus ada pengawal saya, bayangin lho bayi aja udah dikawal. Lho ini kenyataan, kenapa? Karena anak presiden. Jadi selalu saya ikuti yang namanya Bung Karno itu,” ujarnya.
Ketika memperhatikan suasana politik di Istana Negara, dia melihat para tokoh bangsa saat itu tidak segan berdebat. Baginya saat itu sangat masuk akal untuk menentukan arah bangsa Indonesia hendak ke mana dan tidak mementingkan kepentingan pribadi.
“Kalau sudah begitu, manggilnya bung. ‘Musti begini Bung karno. Bukan mesti begini bapak presiden. Enggak. Musti begini lho bung. Denger saya, jadi saya merasa kangen,” tuturnya.
Pengalaman empirisnya saat itu juga menyaksikan langsung sosok Wakil Presiden Mohammad Hatta, Chairul Saleh, dan Mohammad Yamin. Karena banyak tokoh yang dilihat, dia tak merincikan satu per satu berbagai peristiwa yang pernah terjadi kala itu.
Megawati merindukan suasana kebangsaan yang saat itu serius memikirkan masalah bangsa. Dia mencontohkan dari peristiwa amandemen Undang-Undang pertama oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Presiden ke-5 Indonesia itu juga menginginkan adanya proyeksi jangka panjang negara selama 100 tahun ke depan. Baginya itu adalah suatu kebehatan dan telah diterapkan oleh Tiongkok.
“Ya maunya saya sih, kita tuh juga mengalami hal seperti itu. Satu abad, dua abad, tiga abad, empat abad, lima abad. Apa gak kepengen ya?” katanya.
Megawati berpesan bahwa bermain politik tidak perlu pragmatis dan mesti memikirkan ke depan Indonesia. Sehingga suasana Istana Negara itu tidak dilihat dari sisi gemerlapnya, karena ada sisi gelap juga.
“Kenapa? Ya kalau tidak dijalankan dengan baik, sebuah pemerintahan itu intinya berkuasa saja, ndak bisa, ndak jalan. Hanya mendatangkan hal-hal yang tidak diinginkan,” ujar Megawati.
Megawati menutup Rakernas PDIP pada hari ini, Kamis, 23 Juni 2022. Partai berlambang banteng tersebut tak mengumumkan siapa calon presiden yang akan mereka usung pada Pilpres 2024. Meskipun telah memegang tiket untuk mengajukan calon secara mandiri, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyatakan bahwa partainya tetap membuka peluang untuk membangun koalisi dengan partai lainnya. Dia menyebutkan lima partai yang bisa menjadi calon mitra mereka.