TEMPO.CO, Jakarta - Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat kembali mengkritik Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Kali ini dia menyoroti soal polusi udara di ibu kota yang sempat disebut sebagai kota dengan udara terkotor di dunia.
Djarot awalnya minta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang dipimpin Anies mengevaluasi keberhasilan program untuk rakyat. Dia menilai momentum ulang tahun DKI Jakarta harus menjadi ajang introspeksi bagi Anies.
"Termasuk dalam ulang tahun itu, kan, harus introspeksi, harus mengevaluasi, apa yang sudah dilakukan oleh Jakarta, apa yang sudah dinikmati oleh rakyat. Apakah janji-janji program pemerintah DKI waktu kampanye itu terwujud?," kata Djarot di sela-sela Rakernas II PDIP, di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu.
Menurut Djarot, ada beberapa program Anies yang masih belum tereksekusi dengan baik. Dia menyatakan Rakyat Jakarta justru memperoleh kado pahit saat HUT ke-495 DKI Jakarta.
"Kita mendapatkan kado, misalnya, kita kaget, Jakarta menjadi kota yang tingkat polusi yang tinggi se-Asia apa ya, sedunia. Kalau begitu ada sesuatu yang perlu kita evaluasi. Contoh, ada berapa ruang terbuka hijau," kata Djarot.
Djarot pun mengkritisi penggunaan kata untuk tema HUT Ibu Kota. Sebab, kata Djarot, kata yang dipakai sebagai moto perayaan ultah tidak cocok dengan Betawi karena acara memakai diksi kolaborasi, akselerasi, dan elevasi.
"Saya mengucapkan selamat ulang tahun ke-495 Jakarta, yang sekarang berganti istilahnya hajatan Jakarta, tetapi motonya ini, kok enggak cocok sama Betawi, ya. Bahasanya ada kolaborasi, ada akselerasi, ada elevasi," kata Djarot.
Ketua Badan Pengkajian Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI itu juga menyatakan acara ultah DKI Jakarta seharusnya memakai diksi sederhana yang bisa dipahami semua kalangan.
"Toh, ultah Jakarta menjadi momen perayaan untuk rakyat. Ini yang punya hajatan, kan, rakyat. Nah, rakyat seharusnya paham, ya. Apa, sih, kolaborasi itu? Oh, gotong royong, kan, begitu ya. Apa, sih, akselerasi itu, oh percepatan. Kan, begitu, ya. Elevasi itu apa, bahasa Betawinya. Apa maknanya? Anda enggak tahu, peningkatan kayak elevator begitu, ya. Peningkatan," kata Djarot.
DKI Jakarta memang sempat menyandang predikat sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara terburuk di dunia pada 16 Juni lalu. Indeks kualitas udara Jakarta mencapai angka 160 US Air Quality Index (AQI US).
Konsentrasi PM2.5 di udara Jakarta 14.4 kali berada di atas nilai panduan kualitas udara tahunan WHO pada pagi hari, 16 Juni itu. Jakarta terpaut 7 poin lebih tinggi dari Riyadh, Arab Saudi yang menduduki peringkat kedua kota dengan kualitas udara terburuk 153 AQI US. Sementara, Santiago, Cile berada di peringkat ketiga kota terpolutan di dunia dengan angka 152 AQI US.
Pada Selasa kemarin, Djarot Saiful Hidayat juga mengkritik pemerintahan Anies Baswedan soal peningkatan angka kemiskinan di DKI Jakarta. Bahkan, dia berani sesumbar bahwa hal itu tak akan terjadi jika dirinya dan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memenangkan Pilkada 2017.
Baca: Pilpres 2024 Tanpa Jokowi, Djarot PDIP Sebut Lapangan Lebih Bebas