TEMPO.CO, Jakarta -Partai NasDem memutuskan mengusung kader eksternal di Pemilihan Presiden 2024, kendati ada aspirasi dari akar rumputnya yang menginginkan partai dengan semboyan restorasi itu mengusung kader internal. NasDem menampik anggapan bahwa partainya hanya ingin menjadi broker di ajang konstestasi pemilihan nasional.
Berdasarkan hasil keputusan Rakernas NasDem, tiga rekomendasi nama calon presiden adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Kepada Tempo, Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya mengungkap sejumlah alasan partainya mengusung kandidat eksternal. Alasan pertama, partainya ingin mengembalikan pelembagaan partai politik. Partai-partai modern saat ini dinilai telah bergeser dari pelembagaan. Ketidakterlembaganya partai politik ini tampak dari terlalu dominannya figur top leader bahkan sejak awal kelahirannya.
"Tidak banyak ketua umum partai yang mau saya sacrifice seperti Pak Surya Paloh. You can imagine, orang bangun partai pasti mau ketua umumnya jadi calon presiden. Tapi Pak Surya mau berkorban, dia tidak mau jadi capres," ujar Willy di bilangan Senayan, Jumat, 17 Juni 2022.
Menurut Willy, partai hakikatnya berperan sebagai jembatan atau sarana transportasi mengantarkan figur-figur kompeten untuk bisa maju sebagai pemimpin. "Kami ingin menjadi partai publik, kalau dianalogikan ya seperti busway," ujar dia.
Sementara itu, ia menyebut Partai NasDem juga terus melakukan kaderisasi internal. Namun Partai NasDem yang berdiri pada 2011, ujar dia, tidak bisa dibandingkan dengan PDIP misalnya yang sudah berdiri hampir setengah abad lalu, ditambah sejarah panjang kemerdekaan sebelumnya.
"Enggak apple to apple kalau NasDem disandingkan dengan PDIP. Partai itu udah bangkotan punya anak punya cucu. Kami ini punya anak saja belum. Jadi kalau dibandingkan dengan sistem kaderisasi, kenapa tidak kader internal? Bos, yang satu lahirnya kapan, kami kapan, yang satu lahirnya di kota, satu lagi di desa. Enggak adil, dong," ujar Willy.
Menurut dia, akan ada saatnya bagi partai NasDem memajukan kader sendiri. Namun untuk saat ini, pilihan paling rasional bagi NasDem adalah mengusung kader eksternal yang secara elektabilitas tinggi, disamping juga memiliki kapasitas yang mumpuni. "Kami harus objektif dan realistis, kami ini partai rasional. Enggak mungkin kami memaksakan diri. Kenapa kita harus sok-sokan?" tuturnya.
Namun, Willy menegaskan bahwa NasDem memiliki visi misi dan platform yang jelas dengan mengusung gerakan restorasi. "Pendirian partai itu berdasarkan common experience dan common dream. Saya dulu aktivis '98 yang membakar kantor Golkar ketemu dengan Surya Paloh yang dulunya tokoh Golkar. We don't have common experience, but we have common dream. Partai kami memilih politik kebangsaan dengan sadar. Ini bukan broker," ujar dia.
DEWI NURITA
Baca Juga: Alasan NasDem Pilih Anies, Ganjar, dan Andika sebagai Calon Presiden 2024