TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Rieke Diah Pitaloka menyabet gelar doktor dari Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI ke-124 dan doktor perempuan ke-63. Rieke menyelesaikan studi S3-nya dan mendapatkan predikat Cum Laude.
Melansir dari situs fisip.ui.ac.id, Rieke menulis disertasi berjudul “Kebijakan Rekolonialisasi: Kekerasan Simbolik Negara Melalui Pendataan Perdesaan”. Dia pun tercatat peraih doktor tercepat tanpa cuti selama studi.
“Sintesa yang diusulkan dari disertasi ini adalah bagaimana membangun sistemik kebijakan publik berdasarkan pendataan desa berbasis pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga memungkinkan lebih banyak ruang untuk komunikasi dan partisipasi.” Ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu, 26 Mei 2022.
Promotor doktoralnya adalah Hendriyani dengan kopromotor Eriyanto dan Haryatmoko. Sidang dipimpin langsung oleh Dekan FISIP UI Semiarto Aji Purwanto.
Penguji Rieke antara lain Yanuar Nugroho, Sofyan Sjaf, Arie Sujito, dan Endah Triasturi. Analisisnya menggunakan pemikiran dari Pierre Bordieu dan Nick Couldry yang mengonsepkan adanya kekerasan simbolik.
Disertasi ini merupakan deskripsi, analisis, dan interpretasi atas perbandingan dua jenis data, yaitu data perdesaan yang direproduksi institusi negara dengan pendekatan top down dan data yang diproduksi warga dengan pendekatan bottom up.
Temuan penelitian politikus PDI Perjuangan itu menunjukkan data yang direproduksi negara tidak mengintegrasikan anatara data spasial dan numerik. Itu mengakibatkan data sulit dikonfirmasi, diverifikasi, dan divalidasi.
Maka itu menyebabkan kualitas data negara tidak memenuhi prinsip-prinsip data yang actual, akurat, dan relevan atau disebut pseudo data. Disertasi ini membongkar kekerasan negara yang beroperasi melalui data yang tidak menginformasikan kondisi dan kebutuhan riil warga serta potensi riil perdesaan.
Seusai acara promosi doktornya, Rieke Diah Pitaloka berterima kasih kepada pihak Universitas Indonesia. Dia menyatakan ilmu yang didapatkan dibutuhkan dalam karir politiknya.
“Pada jurusan komunikasi ini, saya benar-benar ditempa bahwa komunikasi itu bukan hanya tentang jurnalistik tapi saya sebagai politisi mendapat ilmu yang luar biasa bahwa kerja politik pun membutuhkan ilmu komunikasi yang tepat,” ujarnya.
Rieke Diah Pitaloka tampak menaruh perhatian terhadap kekerasan negara. Dia juga menulis soal kekerasan negara pada tesisnya di di Jurusan Filsafat Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia yang berjudul, "Banalitas Kejahatan: Aku yang tak Mengenal Diriku, Telaah Hannah Arendt Perihal Kekerasan Negara."