TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menahan mantan Direktur Jenderal Holtikultura Kementerian Pertanian Hasanuddin Ibrahim pada Jumat, 20 Mei 2022. Tersangka kasus dugaan korupsi pupuk itu sempat disebut sebagai suami dari Non Saputri atau yang akrab disapa Bunda Putri, perempuan yang terseret kasus korupsi import daging pada 2013 lalu,.
Hasanuddin sebenarnya telah ditetapkan sebagai tersangka pada Februari 2016 bersama Direktur Utama PT Hidayah Nur Wahana Sutrisno dan mantan pejabat pembuat komitmen Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Eko Mardiyanto. Menurut KPK kasus korupsi pupuk ini merugikan keuangan negara sebanyak Rp 12,9 miliar.
Hasanuddin menjabat sebagai Dirjen Holtikultura sejak 1 November 2010. Sebelumnya, dia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian. Pada 2013 lalu, nama Hasanuddin sempat disorot karena disebut menjadi suami Bunda Putri. Perempuan bernama asli Non Saputri itu sempat disebut sebagai istri ketiga Hasanuddin.
Majalah Tempo edisi Senin 16 September 2013 mengulas sosok Bunda Putri yang disebut-sebut sebagai tokoh kunci dalam kasus suap kuota daging import yang menjerat Presiden Partai Keadilan Sejahtera Luthfi Hasan Ishaaq.
Perempuan dengan nama asli Non Saputri itu kabarnya merupakan bukan satu-satunya yang mendapat julukan “Bunda”. Ada bunda lain yang banyak berperan dalam pengaturan kuota impor daging. Dialah Elda Devianne Adiningrat, Ketua Asosiasi Perbenihan Indonesia, yang biasa dipanggil “Bunda Dattie”. Dia merupakan penghubung antara Fathanah, Luthfi, dan pejabat Kementerian Pertanian, juga Elizabeth Liman, Direktur Utama PT Indoguna Utama.
Di kalangan importir dan pengusaha yang kerap bersentuhan dengan Kementerian Pertanian, nama Bunda Putri atau Non Saputri tak terlalu asing. Para pejabat di Kementerian itu juga sudah lama mendengar nama ini sebagai istri seorang pejabat eselon I yang mampu mempengaruhi penggantian pejabat. Seorang pejabat bercerita pernah ditawari naik pangkat oleh perempuan ini.
Menurut seorang pengusaha, Non Saputri pernah menjadi distributor pupuk dan hasil pertanian dengan mendirikan PT Dwipa Kreatek Persada pada 2002. Kantornya di Gedung Yarnati, Jalan Proklamasi 44, Menteng, Jakarta Pusat. Muhtar Syahroni, pengelola gedung itu, membenarkan Saputri pernah berkantor di sana. Saputri menyewa satu lantai di lantai satu untuk menjalankan bisnisnya. Namun, dua tahun setelah berkantor, usahanya mulai sepi. “Perusahaan bangkrut pada 2005 karena tak mendapat order,” kata Muhtar.
Ketika isu itu mencuat, Hasanuddin Ibrahim menolak berkomentar soal Bunda Putri yang disebut sebagai istri ketiganya. Dia meminta agar wartawan menanyakan pada orang yang menyebut dirinya dekat dengan Bunda Putri.
"Tanyakan dulu pada orang yang menyebut nama itu. Kan, banyak nama. Saya enggak mau membicarakan soal yang saya belum tahu," kata Hasanuddin saat ditemui Tempo di bangsal Kepatihan Yogyakarta, Selasa, 17 September 2013.
"Apalagi kalau membicarakan pribadi saya. Itu enggak benar. Saya enggak mau mempersoalkan saja. Yang sudah ya sudah. Kalian jaga sendiri. Kalian tanggung jawab sendiri kepada Allah."
Bunda Putri disebut mengenal Hasanuddin Ibrahim dari Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura Kalimantan Barat, Hazairin. Kemudian Hasanudin mengenalkan Bunda Putri dengan para petinggi Partai Keadilan Sejahtera.
Selain sebagai istri Hasanuddin Ibrahim, Bunda Putri juga sempat disebut mengenal banyak pejabat negara di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Foto-fotonya bersama sejumlah menteri mulai dari Andi Malarangeng hingga Sekretaris Kabinet Dipo Alam sempat beredar di dunia maya. Luthfi Hasan Ishaq dalam persidangan bahkan sempat menyebut bahwa Bunda Putri memiliki kedekatan dengan SBY. Akan tetapi SBY sempat membantah berkenalan dengan perempuan asal Kuningan, Jawa Barat tersebut.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.