TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dan pendiri Lembaga Survei KedaiKOPI, Hendri Satrio menilai tujuan kehadiran Koalisi Indonesia Bersatu--nama koalisi bentukan Partai Golkar, PPP, dan PAN, masih misterius. Ia menyampaikan empat dugaan di balik terbentuknya koalisi tiga partai tersebut.
Dugaan pertama, Hendri menengarai koalisi ini dibentuk untuk menyaingi proses politik yang dilakukan Partai NasDem, dimana partai dengan semboyan restorasi itu akan mengumumkan calon presiden dalam Rakernas Juni mendatang.
Kedua, Hendri menduga koalisi ini dibentuk untuk mengerek elektabilitas partai masing-masing. "PPP dan PAN misalnya, elektabilitasnya kan ngeri-ngeri sedap, lalu merapat kepada Golkar. Jadi apakah tujuannya untuk sebetulnya untuk kemaslahatan rakyat atau hanya menyelamatkan partai politik masing-masing?," ujarnya dalam diskusi yang digelar MNC Trijaya FM, Sabtu, 14 Mei 2022.
Ketiga, ada dugaan koalisi ini untuk mengamankan calon tertentu saja, mislanya Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. "Kalau mau mengamankan calon, pasti biasanya kan partai yang memiliki elektabilitas tinggi akan mendorong calon," ujar dia.
Opsi lainnya, ujar dia, koalisi ini ditengarai akan mengusung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk maju di Pilpres 2024. "Koalisi yang sedang dibentuk Golkar-PAN-PPP ini, jangan-jangan adalah Koalisi Penyelamat Ganjar," ujar Hendri.
Alasannya, ia menengarai PDIP tidak akan mengusung Ganjar, melainkan Ketua DPP PDIP Puan Maharani. Sementara itu, sosok Ganjar dinilai berpotensi karena memiliki elektabilitas tiga teratas menurut sejumlah lembaga survei. Tiga partai ini ditengarai siap menjadi kapal untuk menampung Ganjar jika tidak diusung PDIP.
Keempat, ia curiga mungkin saja ada skenario baru yang sedang dibuat dalam dunia perpolitikan. "Saya masih ingat kejadian yang di Pilkada Solo dan beberapa Pilkada lainnya, partai politik pemegang tiket ini hanya mendukung satu calon dan calon yang lain tidak diberikan kesempatan untuk maju. Akhirnya ada yang katanya calon pura-pura hanya untuk memenuhi ketentuan konstitusi," tuturnya.
Kecurigaan Hendri semakin menguat karena tiga partai tersebut saat ini merupakan partai pendukung pemerintah. "Tujuannya menurut saya masih misterius. Semua kecurigaan tadi mengarah pada sebuah pertanyaan besar. Apakah ini ada arahan dari istana? Karena ini tiga-tiganya partai pendukung pemerintah, yang satu di ujung tanduk, satu lagi baru ditinggal tokoh sentral, dan satunya ada isu ketua umumnya mau dilengserkan," tuturnya. "Saya ini selalu curiga dengan istana sejak ada guliran isu tiga periode dan penambahan masa jabatan presiden itu".
Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno menyebut berbagai kecurigaan tersebut sah-sah saja. "Menurut saya kecurigaan itu beralasan karena mungkin melihat dari pengalaman Pilkada ya. Tetapi saya bisa pastikan, koalisi ini tidak ada tujuan pragmatis jangka pendek. Ini untuk pendidikan politik ke depan. Kami tidak ingin istilahnya sepak bola gajah dalam Pilpres. Kami ingin hadirkan sebanyak mungkin calon," ujar Eddy dalam diskusi yang sama.
Eddy mengklaim Koalisi Indonesia Bersatu dibentuk dengan komitmen bersama membangun sebuah budaya budaya politik baru, dimana kerjasama partai-partai politik dibangun jauh-jauh hari sebelum Pemilu 2024. Tujuannya, agar melahirkan sebuah gagasan dan konsep yang jelas untuk mengawal pemerintahan baru pada 2024. "Sehingga dalam kontestasi Pemilu 2024, kita terjebak lagi di dalam politik identitas yang melahirkan polarisasi dan pembelahan masyarakat. Kita ingin tarung konsep, tarung gagasan," ujar Eddy.
Ia pun menampik kecurigaan bahwa koalisi itu dibentuk atas arahan istana. "Tiga partai ini membawa independesi masing-masing, tidak ada arahan pihak luar," tuturnya.
DEWI NURITA
Baca: Relawan Ganjar Duga Koalisi Indonesia Bersatu untuk Bargaining Reshuffle Kabinet