TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Indikator Politik Indonesia (IPI) menyatakan tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden Joko Widodo atau Jokowi terus merosot sampai saat ini. Menurut survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia pada 14-19 April 2022, tingkat kepuasan masyarakat terhadap Jokowi kini hanya berada di angka 59,9 persen.
"Sementara kurang puas itu 30,5 persen dan tidak puas sama sekali 8,1 persen atau kalau ditotal ada 38,6 persen. Memang lebih banyak yang puas, tapi tren kepuasannya terus mengalami penurunan," ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, dalam webinar Selasa, 26 April 2022.
Muhtadi menerangkan, pada bulan Januari 2022 tingkat kepuasan masyarakat terhadap Jokowi sempat menyentuh angka 75,3 persen. Nilai tersebut merupakan rekor terbesar yang dicapai Jokowi selama menjabat sebagai presiden sejak tahun 2014.
"Penyebabnya saat itu inflasi belum terjadi, minyak goreng masih bisa dipenuhi. Masyarakat saat itu masih happy dengan kinerja pemerintah menangani kasus Delta," ujar Muhtadi.
Turunnya tingkat kepuasan masyarakat, menurut dia, mulai terjadi sejak Januari 2022. Mengutip berbagai hasil survei, Burhanuddin menyatakan tren penurunan masih terus terjadi.
"Jadi tren turun masih belum berhenti, walaupun secara umum masih banyak yang lebih puas," kata Muhtadi.
Menurut hasil survei Indikator Politik Indonesia, menurunnya kepuasan masyarakat itu karena mahalnya harga bahan pokok. Dalam survei itu disebutkan bahwa 36,6 persen masyarakat meminta Jokowi menstabilkan harga bahan pokok, khususnya minyak goreng dan BBM.
Namun, Muhtadi memprediksi akan terjadi kenaikan tingkat kepuasan terhadap kinerja Jokowi, mengingat langkah Jokowi yang menghentikan ekspor CPO serta minyak goreng dan penangkapan empat tersangka mafia minyak goreng oleh Kejaksaan Agung.
"Kamis kami akan rilis datanya, karena rilis yang saat ini kan sebelum ada gebrakan dari pemerintah menyetop impor minyak goreng dan langkah Jaksa Agung menetapkan tersangka," kata Muhtadi.
Indikator Politik Indonesia menyatakan telah mewawancarai secara langsung 1.220 orang yang terpilih secara acak dari seluruh Indonesia dalam survei kali ini. Responden adalah mereka yang berusia di atas 17 tahun dan telah memiliki hak pilih. Muhtadi mengklaim survei kali ini memiliki margin of error sebesar 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng memang terus terjadi. Hal ini dianggap ironis karena Indonesia merupakan penghasil minyak kelapa sawit nomor satu di dunia. Presiden Jokowi telah membuat berbagai kebijakan mulai dari menerapkan Harga Eceran Tertinggi (HET), melepas harga ke pasaran hingga akhirnya menutup keran ekspor.