TEMPO.CO, Jakarta - Sosok Ade Armando sedang hangat diperbicangkan publik. Pasalnya, pegiat media dan akademisi itu menjadi korban pengeroyokan saat ikut aksi di depan Gedung DPR RI, Senin, 11 April 2022. Lantas, siapa sebenarnya Ade Armando?
Profil Ade Armando
Melansir situs resmi PDDikti, Ade Armando mengenyam pendidikan S1 di Universitas Indonesia di Program Studi Ilmu Komunikasi. Setelah lulus pada 1988, Ade melanjutkan S2 ke Florida State University dengan tesisnya mengenai studi kependudukan. Ia kemudian menjadi dosen tetap dan memperoleh gelar Doktor dari FISIP UI pada 2006.
Selain mengajar di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI, Ade juga mengajar di berbagai universitas swasta, seperti di Universitas Pelita Harapan dan Universitas Paramadina. Pada 2001-2003, dia didapuk menjadi Ketua Program S1 Ilmu Komunikasi FISIP UI. Di samping itu juga diangkat jadi Direktur Pengembangan Program Pelatihan Jurnalistik Televisi-Internews.
Sebagai seorang akademisi yang aktif mengkritisi isu terkini, terkadang Ade kerap menerima penilaian miring dari publik. Salah satu di antaranya pernah dituduh menjadi bagian dari buzzer pemerintah untuk menggiring opini publik.
Namun, tuduhan itu dibantah Ade lewat cuitannya di Twitter @adearmando1 pada Sabtu, 13 Maret 2021 silam. “Kok saya dituduh buzzer yang dibayar langsung oleh pemerintah untuk menghancurkan Islam. Ngakunya ulama tapi mulutnya penuh fitnah,” cuit Ade Armando.
Pegiat Media dan LSM
Semasa menjadi mahasiswa, Ade Armando aktif dalam kegiatan jurnalistik kampus. Hal ini mengantarkan dirinya meniti karir sebagai pegiat media. Mengutip dari laman resmi FISIP UI, dirinya sempat menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Madina-online.net (2008-2009).
Sebelumnya, Ade juga pernah menjadi jurnalis di harian Republika (1993-1998) dan menjadi anggota redaksi jurnal Prisma (1998-1991). Pada 1991-1993, ia menjadi redaktur penerbitan buku LP3ES.
Selain sebagai pegiat media, Ade juga aktif mendirikan dan mengembangkan berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Ia adalah salah seorang pendiri Lembaga Media Ramah Keluarga (MARKA, 1998), Media Watch and Consumer Center the Habibie Center (MWCC, 1999), Masyarakat Tolak Pornografi (MTP, 2001), serta koalisi Masyarakat Komunikasi dan Informasi (MAKSI, 2009).
Teranyar, pada 6 Juni 2021, Ade Armando mengumumkan pembentukan Civil Society Watch (CSW) melalui akun Twitternya. Menurut dia, CSW ini bertujuan untuk menjaga kelompok-kelompok seperti LSM, NGO, media massa, ormas agar menjadi kekuatan yang sehat dalam demokrasi. Namun, di media sosial, idenya ini ramai-ramai dikritik, dicibir, hingga jadi bahan lelucon oleh warganet.
HARIS SETYAWAN
Baca juga: Fakta yang Sudah Diketahui Seputar Pengeroyokan Ade Armando