TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) menaruh perhatian penuh atas kasus pengeroyokan dan penganiayaan pegiat media sosial Ade Armando. Dia dikeroyok sejumlah orang di tengah demo mahasiswa 11 April 2022.
Anggota Kompolnas Yusuf Warsyim mengungkapkan, pihaknya sangat menyesalkan terjadinya kekerasan dan pengeroyokan terhadap dosen Universitas Indonesia itu yang juga dikenal sebagai pegiat media sosial. Yusuf juga nengaku prihatin.
"Saya turut prihatin dan memberikan atensi penuh atas kasus yang terjadi pada Ade Armando," kata Yusuf melalui keterangan tertulis, Selasa, 12 April 2022.
Menurutnya, pernyataan-pernyataan Ade Armando selama ini, termasuk kehadirannya di tengah aksi unjuk rasa BEM SI tersebut, memang oleh sebagian masyarakat dianggap kontraversi. Namun, dia menekankan, perbedaan pendapat tidak boleh berujung tindakan kekerasan.
"Tentunya semua pihak tetap dituntut bersikap demokratis terhadap perbedaan pendapat di dalam negara demokrasi Indonesia. Cara-cara kekerasan terhadap menyikapi perbedaan harus dijauhkan," ucap dia.
Oleh sebab itu, sebagai anggota Kompolnas, Yusuf menyatakan, meminta Polri cepat mengusut kasus ini sebagai bentuk merespons harapan sebagian masyarakat agar ada upaya penegakan hukum untuk memproses tindakan kekerasan serta pengeroyokan Ade Armando.
Selain itu, dia juga meminta Polri segera memproses hukum pihak-pihak yang saat mengekspresikan kebebasan berpendapat menggunakan cara-cara yang bertentangan dengan hukum, seperti kekerasan dan anarkis, kemarin.
"Sesegera mungkin dan dengan sebenar-benarnya. Bagaimana pun, setiap kekerasan terhadap siapa pun yang sedang menggunakan haknya dalam mengekspresikan kebebasan berpendapat merupakan pelanggaran hukum," ucap dia.
Peristiwa pengeroyokan terhadap Ade Armando ini terjadi setelah mahasiswa membubarkan diri. Ade dikeroyok oleh massa yang berpakaian serba hitam dan tidak mengenakan atribut kampus.
Tempo menyaksikan detik-detik Ade mendapatkan pukulan pada kepala belakangnya oleh pria yang mengenakan topi. Ia sempat terhuyung sebelum akhirnya terhempas ke aspal akibat pukulan di badan dan kepala. Massa yang diperkirakan berjumlah 30 orang secara bergantian memukuli Ade.
Ade Armando yang sudah babak-belur kemudian diselamatkan oleh beberapa polisi berpakaian preman. Ia dibopong masuk ke dalam Gedung DPR RI melalui gerbang kecil di bagian depan. Namun, massa yang belum puas memukuli Ade terus melemparinya dengan batu hingga kayu.