TEMPO.CO, Jakarta - Nama mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Hamdan Zoelva dicatut dalam pesan berantai di WhatsApp yang berjudul skenario setingan aksi demo mahasiswa 11 April 2022. Pesan beredar menjelang demo mahasiswa pada hari yang sama.
Hamdan Zoelva juga telah mengetahui pesan tersebut beredar di grup WA. Dalam pesan ini, Hamdan ditulis sebagai menteri atau kontributor aksi bidang isu hukum dan advokasi.
"Sepanjang menyebut nama saya, info tersebut tidak benar dan menyesatkan," tulis Hamdan di akun twitternya @hamdanzoelva pada 10 April 2022.
Ia telah mengizinkan Tempo untuk mengutip keterangan ini. Menurut Hamdan, dirinya baru mendengar info soal aksi mahasiswa 11 April.
"Saya tampak kaget, ketika menyebut nama saya sebagai salah satu mentor/kontributor. Jelas info tersebut menyesatkan dan tidak bertanggung jawab," tulis dia.
Meski demikian, Hamdan menyebut semua pihak harus menghormati siapapun yang menyampaikan aspirasinya secara terbuka. "Termasuk melalui unjuk rasa mahasiswa yang disampaikan secara damai. Hal itu dijamin oleh konstitusi kita," kata dia saat dihubungi.
Hari ini, demo dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia atau BEM SI. Salah satu isunya yaitu menolak penundaan Pemilu 2024 ataupun 3 periode.
Tapi pada Minggu malam, Jokowi telah memastikan pemilu tetap dilakukan pada 2024. Jokowi juga berharap tak ada lagi spekulasi penundaan pemilu maupun 3 periode.
Hamdan tak sendiri, tapi juga ada beberapa nama yang dicatut dan ditulis sebagai mentor. "Info tersebut tidak benar," kata peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Rusli Abdullah, yang namanya dicatut sebagai mentor bidang isu ekonomi.
Lalu ada pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin, yang ditulis sebagai mentor atau kontributor aksi bidang isu politik. Ujang juga rupayanya menerima pesan serupa di telepon genggamnya.
"Saya menegaskan bahwa saya tidak terkait, tidak ada komunikasi, dan tidak pernah ada interaksi dengan rencana aksi tersebut, dan saya pastikan nama saya dicatut," kata Ujang.
Berikutnya ada mantan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan juga menerima pesan berantai ini dari grup WhatsApp yang dia ikuti. Dalam pesan yang sama, nama Novel ditulis sebagai mentor atau kontributor aksi bidang isu hukum dan advokasi.
Novel membantah isi pesan ini. Ia juga balik mempertanyakan adanya keterangan "Informasi dari Timsus BAIS" di pesan ini yang merujuk pada Badan Intelijen Strategis, organisasi di tubuh TNI.
"Kalau benar dari BAIS, mengapa kok bisa teledor begitu? bocor ke publik dan berisi fakta yang tidak benar. Kalau bukan dari BAIS, lalu siapa yang sengaja membuat fitnah atau propaganda tersebut? apa motifnya?" kata dia.
Seharusnya, kata Novel, BAIS juga berkepentingan untuk mencari tahu karena tulisan di pesan berantai ini menggunakan nama BAIS. "BAIS mestinya tidak kesulitan untuk melakukan itu (mencari tahu)," kata Novel Baswedan.
Tempo mengkonfirmasi adanya nama BAIS di pesan berantai ini kepada Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayor Jenderal TNI Prantara Santosa. Tapi hingga berita ini ditulis, belum ada tanggapan.
Baca: Polisi Kawal Long March Demo Mahasiswa Sampai Gedung DPR RI