TEMPO Interaktif, Jakarta:Aktivis Malapetaka 15 Januari 1974 (Malari), Ibrahim Gidrach Zakir yang akrab disapa Bram Zakir, meninggal di Rumah Sakit MMC Kuningan, Sabtu (31/1), pukul 02.00 dini hari.
Herry Akhmadi, Aktivis Malari dari Institut Teknologi Bandung, mengatakan rekannya yang berasal dari Universitas Indonesia itu meninggal karena kanker hati. “Sudah lama dia menderita kanker hati,” kata Herry saat dihubungi Tempo.
Jenazah Bram, panggilan Ibrahim Zakir, disemayamkan di rumah duka di Jalan Buana Pesanggrahan I No 20, Bukit Cinere Indah. “Rencananya dimakamkan pukul 12,” kata Herry.
Keponakan Dr Syahrir ini pernah ditangkap karena dituduh sebagai dalang peristiwa Malari. Tapi, ia dilepas. Peristiwa Malari terjadi karena mahasiswa berunjuk rasa menyambut kedatangan Perdana Menteri Jepang saat itu, Kakuei Tanaka. Peristiwa ini berujung pada kerusuhan.
Menurut Herry, Bram merupakan aktivis sejati. Sejak kuliah hingga akhir hayatnya, Bram tetap terjun sebagai aktivis politik. “Hidupnya tak pernah lepas dari aktivitas politik,” kata Herry yang juga Ketua Komisi Pendidikan DPR.
Sedangkan Lukman Hakiem, anggota DPR dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, menilai Bram sebagai aktivis yang rendah hati.
PRAMONO