INFO NASIONAL - Wali Kota Makassar, Ramdhan Pomanto, berupaya mewujudkan sejumlah program strategis untuk menjadikan Ibu Kota Sulawesi Selatan tersebut menjadi kota yang nyaman. Salah satu programnya disebut Liveable City.
“Apa itu kota nyaman atau livable? Livable City itu adalah, jika kita bisa mengakses segala kebutuhan kita dengan berjalan kaki dalam radius 2 km. Jadi, kalau mau arisan jalan kaki, atau ke pasar, pokoknya semua kebutuhan. Berarti kalau begitu kan pedestrian network dan compact city,” ujarnya.
Walikota yang akrab disapa Danny Pomanto inisalah satu pemimpin daerah yang memiliki kepedulian tinggi terhadap daerah asalnya. Ia telah mendesain Kota Makassar sejak 2004. “Saya tanggung jawab di pesisir. Seluruh yang di pesisir mulai dari Untia Sana di kawasan PIP, kebetulan desain saya juga itu, kemudian Pelabuhan New Port, fish port, itu semua usulan saya. Juga di Pantai Losari, masuk di Centre Point yang masuk di Tanjung Bunga sampai Barombong itu saya tanggung jawab. Memang membuat kota nyaman ini tidak mudah, terutama soal waktu 5 tahun 10 tahun enggak cukup, belum. Tapi paling tidak, pertama, kita lihat sekarang penghijauan kota yaitu sudah mulai kelihatan,” tutur dia.
Sementara itu, untuk menangani sebaran Covid-19 selama pandemi, Danny meluncurkan Makassar Recovere, dengan cara mensinergikan tiga ekosistem yaitu imunitas kesehatan, adaptasi sosial, dan ekosistem ekonomi.
Untuk imunitas kesehatan, saat ini capaian vaksinasi di Makassar telah meraih 97,1 persen. Sedangkan untuk adaptasi sosial, Ramdhan mengakui hal ini merupakan tantangan untuk menuntaskan target vaksinasi. “Makassar ini termasuk keras masyarakatnya. Enggak gampang menerima, apalagi vaksinasi yang begitu sensitif, yang penuh provokasi juga. Hoaks ada di mana mana. Tapi alhamdulillah sekarang kita menjelang 100 persen,” ujarnya
Untuk masalah pemulihan ekonomi, Pemkot Makassar meluncurkan program 5.000 lorong wisata. “Contohnya bisa dilihat di Lorong Garden Makassar. Lorong wisata itu adalah lorong yang kita make up (revitalisasi). Masyarakat ikut terlibat. Kemudian makanan khas ada di situ. UMKM juga ada di situ. Tiap malam ada story telling tentang sejarah makassar hingga atraksi kesenian,” kata Ramdhan. “Jadi nanti, seluruh pedagang kaki 5 di pinggir jalan itu saya pindahkan.”
Untuk mendatangkan wisatawan yang mengunjungi lorong wisata tersebut, Pemkot Makassar mobil listrik yang disebut co’mo, akronim dari commuter motormoda. Angkutan umum ini yang juga berfungsi sebagai feeder busway, akan menghubungkan antara hotel ke seluruh lorong di 153 kelurahan.
“Lebih menarik lagi, itu sudah masuk dunia metaverse. Saya baru saja di kontak oleh profesor Haryadi di ITS dan kami bicara tentang meta edu, education metaverse. Saya diminta untuk join enggak? Kalau itu terjadi, yang berikutnya adalah semua UMKM di lorong kami akan ditransformasikan dengan sistem inkubasi menjadi startup lorong,” kata Danny.
Walikota Makassar optimistis konsep tersebut dapat berjalan. Pasalnya, dia telah berpengalaman lebih dari lima tahun menjadi menjadi off-taker bank sampah. “Sebanyak 1.000 bank sampah per RW saya bikin bank sampah pusat. Kami satu satunya pemerintah daerah yang punya bank sampah pusat. Pengalaman itulah saya buat inkubator center. Saya akan beli semua. Nah, bagaimana saya mau salurkan, maka saya bikin namanya Teter. Dalam bahasa Makassar artinya cepat. Jadi, akan ada motor listrik per RW yang akan berjualan. Semua UMKM ini akan diolah dengan satu platform yang kita akan bangun command centre nya sendiri, namanya Makassar Economy Virtual Centre,” tuturnya. (*)