INFO NASIONAL - Selain memperpanjang jalur rute KRL Jogja-Solo dengan melakukan elektrifikasi Stasiun Palur, Kementerian Perhubungan melalui Dirjen Perkeretaapian juga melakukan upaya lain dalam rangka peningkatan layanan kereta api, salah satunya pembangunan infrastruktur-infrastruktur penunjang.
Beberapa infrastruktur yang sudah rampung dan dapat dinikmati oleh masyarakat di antaranya sky bridge sepanjang 630 meter antara Stasiun Solo dan Terminal Tirtonadi, integrasi pelayanan Trans Jogja dengan Stasiun Yogyakarta, sampai dengan integrasi Bus Solo Transit dengan Stasiun Purwosari.
Sementara itu, fasilitas yang masih dalam tahap perencanaan adalah penambahan 2 perjalanan KA (pagi dan sore). Penambahan frekuensi perjalanan KA tersebut akan mengintegrasikan layanan KRL Yogyakarta-Solo dengan KA Perintis Purwosari-Wonogiri dan KA Bandara Internasional Adi Sumarmo.
Disampaikan langsung oleh Menteri Perhubungan Budi Karya, peningkatan kualitas pelayanan transportasi massal dalam hal ini kereta api, harus sejalan pula dengan perbaikan fasilitas penunjang integrasi sehingga masyarakat dapat lebih nyaman memilih kereta api sebagai moda transportasi saat melakukan mobilitas.
Budi juga meminta jajarannya untuk mengkoordinasikan moda transportasi yang ada secara konkret agar tersambung antara satu dengan yang lainnya.
Selain memperpanjang jalur rute KRL Jogja-Solo dengan melakukan elektrifikasi Stasiun Palur, Kementerian Perhubungan melalui Dirjen Perkeretaapian juga melakukan upaya lain dalam rangka peningkatan layanan kereta api, salah satunya pembangunan infrastruktur-infrastruktur penunjang.
“Kepada Pak Dirjen dan Pak Dirut, angkutan kereta api adalah angkutan major, angkutan kereta api harus dikoordinasikan. Seperti di Solo, dan kami akan terus kembangkan ke Bandara Adi Soemarmo sehingga angkutan massal bisa menjadi andalan masyarakat sekarang dan masa depan,” kata Budi saat dalam acara peluncuran kartu multi-trip (KMT) spesial satu tahun KRL Jogja-Solo di Stasiun Solo Balapan.
Peningkatan layanan kereta api tidak hanya berkutat pada fasilitas penunjang, namun juga terdapat pada sektor pembayaran. Didukung oleh KMT, masyarakat bisa melakukan pembayaran secara non-tunai hanya dengan satu kartu akses. Hal ini menunjukkan bahwa DJKA bersama PT KCI secara konsisten melaksanakan amanat dari presiden tentang angkutan massal yang diharapkan akan menjadi pilihan utama masyarakat.
Menurut keterangan Direktur Utama Kereta Commuter Indonesia (KCI) Roppiq Lutfi Azhar pada acara peluncuran KMT edisi terbaru, selama satu tahun beroperasinya KRL Jogja-Solo, sudah terdapat sekitar 250.000 KMT yang dipergunakan oleh masyarakat. Tak heran jika mengingat jumlah pelanggan KRL Jogja-Solo selama satu tahun berhasil mencapai lebih dari 2,2 juta orang.
Data-data tersebut menunjukkan antusiasme masyarakat yang tinggi terhadap pelayanan yang telah diberikan oleh DJKA dan PT KCI.
Selain itu, upaya pengembangan prasarana penunjang KRL Jogja-Solo juga meliputi peninggian peron guna mempermudah mobilitas penumpang kereta api di setiap stasiun kecuali Stasiun Purwosari karena merupakan salah satu dari stasiun heritage.
Selain memperpanjang jalur rute KRL Jogja-Solo dengan melakukan elektrifikasi Stasiun Palur, Kementerian Perhubungan melalui Dirjen Perkeretaapian juga melakukan upaya lain dalam rangka peningkatan layanan kereta api, salah satunya pembangunan infrastruktur-infrastruktur penunjang.
Selepas dari acara peluncuran KMT edisi terbaru, Menteri Perhubungan Budi Karya beranjak menuju Balai Yasa Yogyakarta. Di sini, Budi meninjau langsung pemeliharaan dan perbaikan lokomotif serta kereta rel diesel (KRD).
Sebelumnya, Budi juga memantau perkembangan pembangunan Depo KRL di Stasiun Solo Jebres. Hingga saat ini, pembangunan Depo KRL tersebut sudah mencapai angka 58 persen, dan ditargetkan akan rampung sesuai rencana pada tahun 2022.
Kehadiran dan perbaikan kualitas Depo diyakini akan berbanding lurus dengan peningkatan kualitas layanan sarana KRL, karena lokomotif akan senantiasa terawat sehingga masa penggunaannya akan menjadi jauh lebih lama. (*)