Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pakar Ungkap Indikator yang Perlu Diperhatikan soal Uji Coba Tanpa Karantina

image-gnews
Calon penumpang menunjukan dokumen perjalanan kepada petugas di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Selasa, 15 Februaria 2022. Pemerintah berencana akan mengurangi durasi karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri menjadi tiga hari pada 1 Maret 2022 besok. ANTARA/Raisan Al Farisi
Calon penumpang menunjukan dokumen perjalanan kepada petugas di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Selasa, 15 Februaria 2022. Pemerintah berencana akan mengurangi durasi karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri menjadi tiga hari pada 1 Maret 2022 besok. ANTARA/Raisan Al Farisi
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, menjelaskan hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan uji coba tanpa karantina Covid-19 bagi pelaku perjalanan luar negeri oleh pemerintah di Bali. Menurutnya, indikator untuk menentukan itu bisa dilihat langsung di lapangan, apakah pandemi sudah membaik atau masih buruk.

“Karena karantina ketika diberlakukan bahkan durasi waktunya itu sangat berkorelasi dengan keseriusan situasinya. Ini bicara tentang di balik penerapan waktu karantina ya, ada aspek yang harus dilihat, khususnya indikator epidemiologinya,” ujar dia saat dihubungi Selasa, 1 Februari 2022.

Sehingga, Dicky melanjutkan, penetapan masa karantina ini harus sangat dipertimbangkan dengan matang, termasuk juga uji coba tanpa karantina. Karena penting, setiap penyakit menular yang mewabah harus menerapkan aspek karantina sebagai salah satu strategi mencegah penularan lebih lanjut atau mencegah potensi masuknya dan atau bekembangnya satu varian dari luar negeri. 

Oleh karena itu, kata dia, apapun keputusan terkait karantina menjadi harus betul-betul dipertimbangkan matang tentunya berbasis indikator epidemiologinya. Termasuk juga dari segi aspek lainnya misalnya kesiapan infrastruktur.

Di Bali misalnya, ada penghapusan karantina dari sisi indikatornya siap atau tidak. Karena ketika dibuka, di dalam Bali itu harus sudah siap, bukan hanya kondisi secara umum aman, tapi siap dengan potensi keamanan yaitu landskap imunitas yang harusnya dijadikan dasar.

“Indikator lainnya harus dua dosis vaksin untuk populasi umum, minimal harus 70 persen, itu cakupannya berbasis WHO. Kemudian yang dosis ketiga atau booster pada kelompok lansia atau komorbid harus minimal 50 persen,” kata dia.

Selain itu yang perlu dilihat juga adalah angka hunian ICU di rumah sakit, termasuk bagaimana positivity rate-nya. Karena, Dicky berujar, jika karantinanya dihapuskan itu positivity rate-nya bukan lagi di angka 5 persen, tapi setidaknya harus di bawah 3 persen atau lebih bagus di bawah 1 persen. “Itu dari sisi epidemiologi.”

Sementara dari sisi kesiapan, menghapuskan karantina itu bukan berarti tidak ada screening. “Bukan berarti orang boleh bolak-balik tidak ada screening sama sekali, wong pandemi ini belum berakhir. Jadi screening dicek sudah vaksin apa belum, punya gejala tidak, punya kontak dengan yang positif atau tidak, ada tidak sistemnya,” tutur Dicky.

Selain itu pada saat kedatangan pelaku perjalanan luar negeri juga harus dites setidaknya rapid test antigen, agar tahu kondisinya. Dicky juga mempertanyakan ada tidak sistem yang bisa memantau keberadaan orang tersebut dan posisinya dimana. “PeduliLindungi bisa tidak.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Nah ini yang harus disiapkan, karena kita harus melakukan pemulihan tapi yang terukur dan tidak menyebabkan situasi lebih buruk,” ujar dia ihwal indikator uji coba tanpa karantina.

Sementara, dihubungi terpisah, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama, menjelaskan beberapa hal yang senada dengan Dicky. “Tentu ketika sampai Indonesia harus periksa PCR dan harus negatif, dan juga sudah divaksin lengkap dan booster,” kata Tjandra.

Jika ada daftar pertanyaan yang harus diisi pelaku perjalanan luar negeri sebelum masuk Indonesia, maka Tjandra meminta perlu ditanyakan apakah dalam 7 hari terakhir ada kontak dengan pasien Covid-19 positif. Misalnya seperti ada atau tidak anggota keluarga atau kerabat yang Covid-19 positif.

Tjandra yang saat ini menjabat sebagai Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Jakarta itu menyarankan agar tetap dilakukan pengawasan kesehatan sampai seminggu pelaku perjalanan ada di Indonesia. “Informasinya juga harus diberikan ke Puskesmas tempat pelaku perjalanan itu tinggal atau hotelnya,” ujar Tjandra.

Selain itu, perlu ada komunikasi antara International Health Regulation (IHR) focal point Indonesia dengan IHR focal point negara asal. Termasuk juga negara tujuan lanjutan pelaku perjalanan luar negeri, khususnya kalau belakangan diketahui ada yang positif Covid-19.

“Dan dapat juga diatur tentang kalau ada negara-negara yang sedang tinggi sekali kenaikan kasusnya, maka aturan mungkin ditinjau ulang, setidaknya baik tetap di karantina,” katanya lagi.

Baca: Kemenkes Sebut Ada 14 Provinsi Alami Penurunan Kasus Covid-19

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Gratis Tiket Masuk, Jelajahi Arsitektur Ikonik Bali di Istana Ubud

3 jam lalu

Istana Ubud. Foto: TEMPO| Intan Setiawanty.
Gratis Tiket Masuk, Jelajahi Arsitektur Ikonik Bali di Istana Ubud

Pengunjung bisa menjelajah arsitektur Istana Ubud dengan banyak tempat foto yang Instagrammable.


Merebak Pneumonia di Cina, Kemenkes Minta Tingkatkan Pengawasan

15 jam lalu

Ilustrasi pneumonia. shutterstock.com
Merebak Pneumonia di Cina, Kemenkes Minta Tingkatkan Pengawasan

Merebaknya kasus pneumonia di Cina membuat Kemenkes bersiaga dengan menerbitkan Surat Edaran Nomor: PM.03.01/C/4632/2023.


Uji Coba Nyamuk Wolbachia di 5 Kota, Kemenkes Gelontorkan Rp 16 Miliar

18 jam lalu

Masa dari Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia melakukan aksi unjuk rasa di depan Kementrian Kesehatan RI, Kuningan, Jakarta, Selasa, 28 November 2023. Dalam aksinya masa menolak program Kemenkes RI soal penyebaran jutaan nyamuk Wolbachia yang dianggap menyebabkan Demam Berdarah Dengue dan merusak ekosistem karena belum terbukti keberhasilanya. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Uji Coba Nyamuk Wolbachia di 5 Kota, Kemenkes Gelontorkan Rp 16 Miliar

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menggelontorkan dana senilai Rp 16 miliar untuk uji coba inovasi nyamuk wolbachia.


WHO Sebut Wabah Penyakit di Gaza Bisa Lebih Mematikan daripada Bom

19 jam lalu

Warga Palestina yang terluka dalam serangan Israel terbaring di lantai saat mereka dibantu di rumah sakit Indonesia setelah rumah sakit Al Shifa tidak berfungsi di tengah serangan darat Israel, di utara Jalur Gaza 16 November 2023. REUTERS/Fadi Alwhidi
WHO Sebut Wabah Penyakit di Gaza Bisa Lebih Mematikan daripada Bom

Penyakit dapat membunuh lebih banyak orang dibandingkan bom jika sistem kesehatan Jalur Gaza tidak diperbaiki.


Infinity8 Bali Siap Rayakan Natal & Tahun Baru yang Indah

1 hari lalu

Suasana senja di Infinity8 Bali
Infinity8 Bali Siap Rayakan Natal & Tahun Baru yang Indah

Infinity8 Bali mengumumkan paket Wonderful Christmas & Wonderly New Year untuk memeriahkan perayaan Natal & Tahun Baru.


Berkunjung ke Air Terjun Kanto Lampo, Wisata Alam Hits yang Instagramable di Gianyar Bali

1 hari lalu

Destinasi wisata alam air terjun Kanto Lampo di Gianyar Bali yang Instagrammable dan hits di kalangan turis asing, Jumat, 24 November 2023. (TEMPO/Intan Setiawanty)
Berkunjung ke Air Terjun Kanto Lampo, Wisata Alam Hits yang Instagramable di Gianyar Bali

Terletak di Gianyar, Bali, Air Terjun Kanto Lampo jadi tujuan wisata yang terkenal di kalangan turis lokal dan mancanegara.


WHO: Lonjakan Penyakit Pernafasan di Cina Tak Setinggi di Awal Pandemi Covid, Hanya Flu

1 hari lalu

Orang-orang menunggu di luar rumah sakit anak-anak di tengah peningkatan pneumonia mikoplasma, di Beijing, Cina 24 November 2023. Cina tengah dilanda wabah Penemonia yang banyak menyerang anak-anak. REUTERS/Florence Lo
WHO: Lonjakan Penyakit Pernafasan di Cina Tak Setinggi di Awal Pandemi Covid, Hanya Flu

Lonjakan penyakit pernapasan di Cina saat ini tidak setinggi sebelum pandemi Covid-19, dan bukan disebabkan patogen baru atau tidak biasa.


Masak Hidangan Tradisional di Ubad Ubud Bali

2 hari lalu

Antusias turis lokal dan asing di Ubad Ubud Bali Cooking Class. Jumat, 24 November 2023. TEMPO/Intan Setiawanty.
Masak Hidangan Tradisional di Ubad Ubud Bali

Ubad Ubud Bali menyuguhkan pengalaman memasak hidangan tradisional (cooking class) yang dipandu langsung oleh pemiliknya.


Lonjakan Penyakit Pernapasan Cina Tidak Setinggi Masa Pra-Pandemik Covid-19

2 hari lalu

Seorang pria yang membawa seorang anak duduk di luar rumah sakit anak-anak di Beijing, Cina, 27 November 2023. REUTERS/Tingshu Wang
Lonjakan Penyakit Pernapasan Cina Tidak Setinggi Masa Pra-Pandemik Covid-19

Sehubungan lonjakan penyakit pernapasan, WHO menegaskan tidak ada patogen baru atau tidak biasa yang ditemukan dalam kasus-kasus baru-baru ini.


Jadi Responsible Traveler, Ketahui Seputar Canang Bali di Sini

2 hari lalu

Melihat canang yang jadi objek sakral di Bali sebagai wujud penghormatan kepada roh dan leluhur di Pasar Yadnya Blahbatuh, Gianyar, Jumat, 24 November 2023. TEMPO/Intan Setiawanty.
Jadi Responsible Traveler, Ketahui Seputar Canang Bali di Sini

Canang digunakan sebagai bentuk penghormatan kepada roh dan ritual bagi para leluhur di Bali.