TEMPO.CO, Jakarta - Andi Widjajanto resmi dilantik Presiden Joko Widodo atau Jokowi menjadi Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas). Usai pelantikan, Andi menyebut salah satu program kerja yang terpenting adalah menjadikan Lemhanas sebagai lembaga kajian strategis yang relevan dengan perkembangan terkini.
Lalu, kata dia, Lemhanas juga penting menjadi lembaga kajian yang bisa semakin menyerap kaidah-kaidah metodologi keilmuan baru. Saat ini, kata dia, salah satu tantangan adalah pengembangan metodologi Big Data.
"Itu juga menjadi salah satu tantangan ke depan untuk dikembangkan di lembaga kajian strategis seperti Lemhanas," kata Andi di Istana Negara, Jakarta, Senin, 21 Februari 2022.
Pengangkatan Andi sebagai Gubernur Lemhanas tertuang dalam Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 21 P Tahun 2022. Andi menggantikan Agus Widjojo, yang dilantik menjadi Duta Besar RI untuk Republik Filipina merangkap Republik Kepulauan Marshall dan Republik Palau, pada Januari lalu.
Jokowi, kata Andi, memberi arahan kepada dirinya untuk melakukan penguatan transformasi Lemhanas agar sesuai dengan tantangan geopolitik abad ke-21. Sehingga, Lemhanas bisa menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan untuk mencetak kepemimpinan nasional.
Selain itu, Lemhanas juga diminta bisa menjalankan fungsinya sebagai dapur kajian strategis bagi presiden untuk isu-isu lokal regional dan global. "Serta Lemhanas menjalankan fungsinya untuk melakukan pemantapan nilai-nilai kebangsaan," kata eks Menteri Sekretaris Kabinet Jokowi ini.
Sebelum berkecimpung di pentas politik praktis, Andi dikenal sebagai akademikus dan pengamat militer. Andi merupakan pakar yang memiliki konsentrasi pada kajian pertahanan, hubungan internasional, dan keamanan siber.
Ia menamatkan pendidikan S-1 di jurusan Hubungan Internasional Universitas Indonesia. Setelah itu, Andi melanjutkan pendidikan program pascasarjana di National Defense University, di Washington D.C, Amerika Serikat.
Andi Widjajanto juga pernah mempelajari studi hubungan internasional dan pertahanan di School of Oriental and African Studies (SOAS), London School of Economics and Political Science (LSE) dan S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS) di Singapura.