TEMPO.CO, Jakarta - Pimpinan DPR meminta pemerintah, khususnya Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian, tidak terus-menerus membiarkan persoalan harga kedelai yang tinggi. Sebab, dampaknya langsung pada produksi tahu tempe.
Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel mengatakan, tahu dan tempe merupakan makanan seluruh lapisan masyarakat dan merupakan sektor usaha yang bisa dimasuki masyarakat bawah dengan mudah. Mereka bisa memproduksi produk olahan kacang kedelai itu.
Baca Juga:
Karena itu, dia melanjutkan, jika fluktuasi harga dan kenaikan harga kacang kedelai yang terus menerus dibiarkan, maka dapat mengganggu lapangan kerja dan lapangan usaha masyarakat. Ujung-ujungnya akan kembali menciptakan kemiskinan baru jika tak cepat direspons.
“Di tengah kondisi pandemi Covid-19 ini, semua pihak khususnya pemerintah, untuk bekerja lebih sungguh-sungguh agar kemiskinan tak terus naik,” kata dia dikutip dari keterangan tertulis, Senin, 21 Februari 2022.
Di sisi lain, Gobel mengatakan, akibat kenaikan harga kacang kedelai secara terus menerus, terbukti kini jumlah pengrajin tahu dan tempe terus berkurang, khususnya pengrajin kecil. Padahal pemerintah sudah tidak mengenakan bea masuk terhadap komoditas kacang kedelai.
Oleh sebab itu, dia menekankan, masalah kacang kedelai, ini harus dicarikan solusi yang lebih permanen. Hal itu membutuhkan kerja sama semua pihak, khususnya Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian. Kementerian Perdagangan bisa fokus pada ketahanan stok.
“Saat ini, sekitar 80 persen kebutuhan kacang kedelai berasal dari impor. Karena itu, Kementerian Perdagangan harus bisa mengatur stok agar tak mudah diterjang fluktuasi harga internasional maupun oleh situasi perdagangan internasional,” tegas dia.
Sementara itu, kata dia, Kementerian Pertanian, dapat mendorong program yang sistematis agar Indonesia bisa berswasembada kacang kedelai. Walaupun kacang kedelai merupakan tanaman subtropis, namun tanaman itu dinilainya masih bisa berkembang dengan baik di Indonesia, terutama dengan pemanfaatan teknologi.
“Manfaatkan teknologi dan kuatkan riset. Indonesia juga sudah menjadi eksportir edamame. Hal itu membuktikan bahwa tanah Indonesia bisa untuk tanaman kedelai. Ingat, produk olahan kedelai telah menjadi makanan nasional seperti tahu, tempe, bahkan kecap,” paparnya.
Sebagai informasi, para produsen tahu dan tempe sudah mulai melakukan sweeping terhadap produsen yang masih membuat tempe menjelang mogok produksi untuk memprotes kenaikan harga kedelai.
Mogok produksi mulai 21 hingga 23 Februari ini dilakukan produsen supaya Kementerian Perdagangan turun tangan dengan melakukan intervensi atas tingginya harga kedelai impor. Pada saat ini, harga bahan baku tempe dan tahu mencapai Rp12.000 per kilogram. Padahal, harga kedelai impor sebelumnya hanya Rp 9.500 sampai Rp10.000 per kg.
ARRIJAL RACHMAN