TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga survei Indikator Politik Indonesia (IPI) mengungkapkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia masih takut tertular varian Omicron. Mereka sebagian besar adalah perempuan dengan pekerjaan mayoritas petani, peternak atau nelayan.
Kesimpulan ini diperoleh dari hasil survei online Indikator Politik Indonesia yang digelar pada 15 Januari 2022 hingga 17 Februari 2022. Survei tersebut dilakukan melalui empat tahapan utama, yakni rekrutmen sampel secara acak, pemberian kode akses uni, screening dan terakhir web interviewing.
Adapun target populasi survei ini adalah warga negara Indonesia berusia 17 tahun atau sudah menikah dan memiliki akses internet lewat telapon pintar atau smartphone. Besarannya sekitar 69 persen dari total populasi nasional
Dari total populasi itu, dipilih secara acak 626 responden yang mengisi kuesioner secara online atau computer assisted web interviewing. Margin of error sekitar 4 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Peneliti senior IPI, Rizka Halida saat membacakan hasil survei tersebut mengatakan, 25,8 persen responden mengatakan sangat khawatir tertular Omicron. 41 persen cukup khawatir, biasa saja 28,5 persen biasa saja dan tidak khawatir 2,2 persen.
"Artinya ada sekitar 66,8 persen yang khawatir dari mereka yang tahu atau setara dengan 57,6 persen dari total populasi warga yang cenderung khawatir tertular Omicron ini," ungkapnya secara daring, Ahad, 20 Februari 2022.
Berdasarkan gendernya, dia melanjutkan, hasil survei menunjukkan yang cukup atau sangat khawatir tertular varian baru Covid-19 itu berasal dari kalangan perempuan, dengan angka mencapai 72 persen. Usianya pun berkisar diantara 55 tahun ke atas dengan angka 76,4 persen.
Dari sisi etnis, mayoritas yang merasa takut tertular adalah Minang sebesar 88,2 persen, diikuti etnis Melayu 83,7 persen, Sunda 72 persen dan Jawa 67 persen. Sementara itu dari agamanya, mayoritas adalah protestan atau katolik sebesar 77,9 persen sedangkan Islam sebesar 66,4 persen.
Dari tingkat pendidikannya, mayoritas yang merasa cukup atau sangat takut terpapar Omicron berasal dari lulusan SD ke bawah dan SLTP dengan persentase sama-sama 76,8 persen. Pekerjaannya pun mayoritas adalah petani, peternak atau nelayan sebesar 76,6 persen.
Seiring dengan data tersebut, Riza melanjutkan, mayoritas masyarakat saat disurvei juga setuju untuk diberikan vaksin booster dengan jumlah sebanyak 50,7 persen sedangkan yang mengatakan sangat setuju sebanyak 10,8 persen.
"Ada juga yang tidak setuju 6,4 persen atau sangat tidak setuju 25,8 persen. Jadi cukup banyak juga yang tidak setuju tapi mayoritas setuju dengan program vaksin booster ketiga ini," papar dia.
Baca: Kemenkes Jamin Kapasitas RS Aman Meski Kasus Omicron Lampaui Delta