TEMPO.CO, Jakarta - Mayoritas pasien Covid-19 varian Omicron yang meninggal ternyata karena belum melakukan vaksinasi secara lengkap. Hal ini diungkapkan oleh Kementrian Kesehatan dalam konferensi pers hari ini.
"Dari 1.090 pasien (karena Omicron) yang meninggal, 48 persen memiliki komorbid, 49 lansia, dan 68 persen belum divaksinasi lengkap," Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers secara daring, Rabu, 16 Februari 2022.
Dalam data yang dipaparkan, terlihat jenis komorbid mayoritas yang pasien Omicron idap adalah diabetes melitus. Sedangkan 15 persen lainnya memiliki komorbid lebih dari satu.
Kemudian dari rentang usia, sebanyak 827 orang atau 76 persen pasien Omicron yang meninggal berusia 45 tahun ke atas. Lalu sebanyak 37 orang atau 3 persen merupakan anak-anak dengan usia 0-5 tahun.
Lalu untuk pasien Omicron yang meninggal karena belum vaksinasi lengkap, Siti mengatakan rata-rata mereka terinfeksi Omicron setelah 5 bulan melakukan vaksinasi pertama. Atas dasar hal itu, Siti mengatakan pihaknya mendorong pemerintah darah segera mengejar target vaksinasi kedua dan ketiga untuk masyarakat.
"Ada 18,4 juta masyarakat yang dosis keduanya belum enam bulan dan bisa divaksin dengan vaksin jenis apapun yang tersedia saat ini. Agar bisa mewujudkan kekebalan kelompok," kata Siti.
Sebelumnya, penambahan kasus Covid-19 di Tanah Air menyentuh kisaran 57 ribu pada Selasa, 15 Februari 2022. Berdasarkan data pemerintah hingga pukul 12.00 WIB, terdapat penambahan 57.049 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.
Angka ini merupakan penambahan tertinggi sejak kasus Omicron masuk ke Indonesia sekaligus melebihi puncak kasus Delta yang terjadi pada 15 Juli 2021 dengan 56 ribu kasus.
Meski sudah mencapai puncak kasus Omicron, Siti mengatakan tingkat kematian masih terbilang rendah. "Melihat jumlah kematian (saat puncak kasus) kemarin ada 134. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan pada saat Puncak Delta yang mencapai 2.500 (orang meninggal)," kata Siti.
M JULNIS FIRMANSYAH
Baca: Puncak Kasus Covid-19 di Daerah Diprediksi 3 Bulan Setelah Jawa dan Bali