TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim mengaku telah mengevaluasi efektifitas penggunaan kurikulum darurat. Kurikulum itu diterapkan selama masa Pandemi Covid-19.
Nadiem mengatakan, selama dua tahun pandemi ini berlangsung, kurikulum darurat telah digunakan 31,5 persen sekolah yang ada di Indonesia. Penerapannya pun dilakukan secara sukarela oleh pihak sekolah.
"Ini ternyata tanpa kita mengharapkan sangat besar ternyata 31,5 persen sekolah kita pindah menggunakan kurikulum darurat," kata dia saat konferensi pers secara daring, Rabu, 11 Desember 2022.
Melalui kurikulum darurat, Nadiem menekankan, pemerintah mengatur penurunan jumlah materi ajar secara drastis. Tujuannya supaya pelajar dengan pengajar bisa fokus mendalami topik-topik yang paling esensial.
"Tidak dipaksa, kita beri tawaran kepada mereka dan mereka melihat kurikulum darurata jauh lebih sederhana, bisa lebih fokus dan bisa diadaptasi dengan sistem online. Tidak dibebani dengan begitu banyak materi," tuturnya.
Dia pun mengatakan, setelah satu tahun di evaluasi penerapannya dan telah disurvei terhadap 18.370 siswa kelas 1-3 SD di 612 sekolah di 20 kabupaten atau kota dan delapan provinsi, kurikulum darurat ternyata efektif memitigasi ketertinggalan pembelajaran atau learning loss.
Menurutnya, terjadi perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kurikulum 2013 dan kurikulum darurat. Dia mengatakan, pada sekolah yang menggunakan kurikulum 2013 mengalami learning loss setara dengan lima bulan.
Sementara itu, pada sekolah yang menggunakan kurikulum darurat, katanya hanya mengalami learning loss setara dengan satu bulan. Dia pun menilai, ini data yang sangat bagus untuk menjadi bukti kesuksesan penerapan Kurikulum Merdeka 2022/2023 karena sama-sama menyederhanakan materi pelajaran.
"Suatu kabar yang cukup menggembirakan dan cukup mengejutkan. Di awal pandemi kita meluncurkan kurikulum darurat itu sebenarnya langkah pertama ke arah tujuan kita yaitu kurikulum merdeka," papar dia.
Bila kenaikan hasil belajar itu direfleksikan ke proyeksi learning loss numerasi dan literasi, dia mengatakan, penggunaan kurikulum darurat dapat mengurangi dampak pandemi sebesar 73 persen untuk literasi dan 86 persen untuk numerasi.
"Ini membuktikan bahwa kepadatan materi, kebanyakan materi yang selalu kita titipkan dalam kurikulum dalam materi pembelajaran kita itu tidak punya dampak positif terhadap pembelajaran siswa. Malah semakin ringkas, semakin sederhana, pendalaman materi itu semakin baik," tegas Nadiem.
Dengan demikian, Nadiem menekankan, ke depan tidak akan lagi ada perdebatan materi apalagi yang harus ditambahkan kepada para pelajar. Melainkan, tren saat ini katanya adalah kurikulum yang lebih ringkas, sederhana dan fleksibel.
Baca: Nadiem Makarim Luncurkan Program Merdeka Belajar, Tak Ada Paksaan ke Sekolah