TEMPO.CO, Jakarta - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Abraham Wirotomo, mengungkapkan strategi yang akan disosialisasikan pemerintah menghadapi ancaman penuhnya rumah sakit (RS) akibat lonjakan sebaran Pandemi Covid-19 varian Omicron.
Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, kata dia, agar rumah sakit diperuntukan kepada mereka yang sakit sedang, berat, komorbid, dan lansia. Sementara, bagi yang tanpa gejala (OTG) dan sakit ringan, diharapkan cukup melakukan isolasi mandiri atau isolasi terpusat jika tempat tinggal tidak memadai.
"Kalau mau melewati pandemi ini dengan baik, prioritaskan rumah sakit untuk mereka yang betul-betul membutuhkan. Jangan terlalu panik, gejala sedikit langsung ke RS," ujar dia dikutip dari keterangan tertulis, Selasa, 1 Februari 2022.
Abraham menjelaskan, sesuai laporan WHO karakteristik Omicron berbeda dari Delta. Derajat keparahan Omicron juga lebih ringan. Atas dasar itu, lanjut dia, pemerintah menggunakan pendekatan yang berbeda pula dalam menangani Omicron.
"Di tingkat hilir sosialisasi dan edukasi karantina mandiri secara massif akan dilakukan agar masyarakat memiliki pemahaman soal Omicron dan tidak panik berlebihan," tegas Abraham.
Di sisi lain, Abraham melanjutkan, pemerintah akan melakukan kontrol ketat terutama pada daerah-daerah penyumbang kasus Omicron terbesar, agar peluang terjadinya transmisi lokal bisa ditekan dan dicegah.
"Melonjaknya jumlah kasus tetap menjadi perhatian serius pemerintah. Dan ini perlu kontrol ketat, agar transmisi lokal tidak semakin tinggi," tutur dia.
Abraham mengatakan, 44 persen keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) Covid-19 rumah sakit di Jakarta saat ini adalah pasien tanpa gejala dan bergejala ringan.
"Per 30 Januari 2022, data dari 89 RS di Jakarta menunjukan 44 persen pasien yang dirawat di RS masih yang tanpa gejala dan bergejala ringan," ungkapnya.