TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah terus mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 dengan menambah berbagai fasilitas untuk keperluan karantina, isolasi, dan perawatan.
Juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut penambahan fasilitas yang sudah dilakukan antara lain tempat tidur di Wisma Atlet tower 4 dan 7, serta penyediaan rumah sakit dan hotel isolasi untuk pelaku perjalanan luar negeri sebanyak 949 tempat tidur.
Untuk keperluan karantina, Wiku menjabarkan, saat ini ada 18.759 tempat tidur di wisma karantina dan 16.021 kamar hotel untuk karantina. Sebanyak 20 hotel disiapkan pemerintah untuk tempat karantina jamaah umroh.
"Dari sisi kebijakan, pemerintah juga telah mengatur skema pelaku perjalanan luar negeri khusus untuk kegiatan berskala internasional melalui mekanisme travel bubble, guna meminimalkan potensi penularan dan kenaikan kasus Covid-19," kata Wiku, seperti yang disiarkan di kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa, 25 Januari 2022.
Pada 25 Januari 2022, terjadi penambahan 4.878 kasus Covid-19. Ini merupakan penambahan tertinggi yang tercatat setelah beberapa bulan kasus Covid-19 di Indonesia melandai. Tren kenaikan memang telah nampak terjadi sejak awal 2022. Dengan penambahan hari ini, total kasus di Indonesia menjadi 4.294.183 kasus.
DKI Jakarta menjadi penyumbang kasus terbanyak dengan 1.993 kasus. Angka ini jauh di atas penambahan kasus dari provinsi lain. Tercatat hanya dua daerah lain yang menyumbang kasus cukup tinggi, yakni Jawa Barat dan Banten, dengan penambahan masing-masing 409 dan 311 kasus.
Angka kematian juga tercatat bertambah 20 kasus. Juga tertinggi dalam beberapa bulan belakangan. Dengan penambahan itu, jumlah kematian karena Covid-19 di Indonesia menjadi 144.167 orang. Adapun untuk angka kesembuhan, terdapat 464 orang per hari ini. Dengan itu, total kasus sembuh di Indonesia menjadi 4.118.164 orang.
Meski terjadi kenaikan, Wiku Adisasmito menyebut peningkatan kasus aktual lebih rendah dari prediksi. Sebelumnya, pemerintah memprediksi ada tiga skenario penambahan kasus akibat dampak libur Natal dan Tahun Baru, yakni 400.000 kasus per minggu, 250.000 kasus per minggu, dan yang dianggap paling mungkin terjadi adalah 80.000 kasus per minggu.
"Kabar baiknya, meskipun saat ini kasus sedikit mengalami peningkatan, namun masih jauh lebih rendah bahkan dari estimasi yang diprediksi paling mungkin terjadi," katanya.