TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah mencatat mayoritas pasien kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia memiliki gejala ringan atau tanpa gejala. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menyebut gejala Omicron tersebut sulit dibedakan dengan flu biasa.
"Mengingat gejala Omicron yang ringan dan sulit dibedakan dengan batuk atau flu biasa, pemerintah mengimbau kepada masyarakat untuk segera melakukan testing bila merasakan gejala tersebut, tidak pergi ke area publik, atau melakukan isolasi mandiri jika terdapat gejala seringan apa pun," ujar Luhut dalam konferensi pers, Senin, 24 Januari 2022.
Luhut menyebut, data dari berbagai negara hari ini, menunjukkan bahwa varian Omicron ini memiliki risiko perawatan dan juga tingkat kematian yang cukup rendah, namun laju penularannya tinggi sehingga menyebabkan kasus juga melonjak.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia per hari ini sudah menembus angka 1.600 terhitung sejak teridentifikasi pertama kali pada medio Desember lalu.
Ia mengatakan, peningkatan kasus Omicron ini sesuai dengan prediksi pemerintah. "Di seluruh dunia, kasus Omicron akan naik dengan cepat dan tinggi malah lebih dari kenaikan kasus Delta. Tetapi kabar baiknya adalah turunnya juga cepat dan hospitalisasi juga rendah," ujar Budi.
Dari total 1.600 kasus, kata Budi, yang dirawat dan membutuhkan oksigen hanya sekitar 20. "Lalu, memang yang wafat ada dua orang. Ini masih jauh sangat rendah dibandingkan dengan kasusnya Delta," ujar dia.
Pemerintah memastikan sistem kesehatan Indonesia hari ini sudah cukup siap dalam menghadapi Omicron ini. Namun, langkah-langkah bijak dari segenap masyarakat yang menaati protokol kesehatan dan mengikuti anjuran pemerintah merupakan faktor utama dalam mencegah keparahan yang terjadi.
DEWI NURITA
Baca: Kasus Omicron Tembus 1.600, Menkes: Diprediksi Lebih Tinggi dari Delta