TEMPO.CO, Jakarta - Pelecehan seksual dapat terjadi di mana saja tidak hanya terjadi secara langsung bahkan juga terjadi di dunia virtual. Terlebih lagi selama pandemi covid-19 melanda dunia termasuk Indonesia yang aktivitas masyarakatnya banyak dilakukan di dalam rumah seperti work from home dan school from home.
Untuk menghindari adanya perlakuan tersebut, Rachmah Ida, Pakar Kajian Media Studies asal Universitas Airlangga atau Unair memberikan beberapa tips yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya pelecehan seksual secara virtual terutama ketika masuk dalam dunia realitas maya.
- Pahami space dan budaya platform
Sebelum menggunakan platform, sebaiknya calon pengguna memahami terlebih dahulu peraturan privasi dan keamanan platform tersebut. “Sebaiknya paham betul dalam space itu karakternya seperti apa. Misalnya SimCity atau game, harus pelajari term of reference dan disclaimer-nya, jika sudah menyetujui berarti sudah terikat hukum yang dibuat oleh perusahaan pembuatnya,” tambahnya, dilansir dari laman Unair pada Jumat, 31 Desember 2021.
- Kenali daerah komunitas
Dunia realitas maya merupakan dunia yang luas seperti dunia nyata. Pada dunia maya juga terdapat banyak daerah-daerah yang ditempati oleh komunitas tertentu. Untuk itu, perlu adanya perhatian dan pengetahuan khusus untuk menjelajah sebuah tempat. “Menjaga diri sendiri bisa dimulai dengan mengetahui tempat-tempat dimana kita bisa mengeksplor atau tidak,” kata dia.
- Menyadari dunia maya berbeda dengan realita
Ketika memasuki sebuah media, ada baiknya pahami terlebih dahulu budaya dan cara kerja dari platform tersebut. Ida menyebutkan bahwa setiap media memiliki budayanya sendiri, juga budaya realita dan virtual yang memiliki perbedaan budaya. “Jika sudah bermain, pastikan kita sadar dan paham kalau dunia yang kita mainkan ini adalah dunia maya,” ujarnya.
Ida menjelaskan, banyak kejahatan maya yang terjadi karena kelalaian pengguna yang tidak dapat membedakan realita dengan dunia maya. Pengguna virtual reality yang disebutnya sebagai ghostwild tidak diketahui identitasnya. “Karena sifatnya yang liar dan anonim, jadi kita sudah tidak tahu identitas sesungguhnya yang bermain di belakang avatar,” kata dia.
Semua media tidak terlepas dari adanya kemungkinan kejahatan, termasuk pelecehan seksual. Untuk itu sebagai pengguna, lebih baik kita membekali diri dengan pengetahuan untuk menghindari terkena adanya kejahatan di media utamanya dalam dunia maya.
WILDA HASANAH
Baca: Syafri Harto Ditahan, Tersangka Pelecehan Seksual di Unri
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.