TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah memperkirakan penyebaran kasus Covid-19 varian Omicron akan mencapai puncaknya pada pertengahan Februari atau awal Maret 2022. Perkiraan pemerintah ini berdasarkan hasil pengamatan terhadap pengalaman negara lain, yakni puncak penyebaran varian Omicron terjadi dalam kisaran waktu 35-65 hari. Kasus Omicron di Indonesia pertama kali teridentifikasi pada medio Desember 2021.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan peningkatan kasus Covid-19 akibat penyebaran varian Omicron cepat atau lambat pasti akan terjadi. Saat ini, peningkatan kasus sudah mulai terlihat. Sabtu lalu, kasus Covid-19 di Indonesia telah menyentuh angka 1.054 kasus per hari. Terakhir kali kasus Covid-19 mencapai angka 1.000 adalah pada 14 Oktober 2021.
"Dari data tersebut kasus transmisi lokal sudah lebih tinggi dari kasus transmisi yang disebabkan oleh para pelaku perjalanan luar negeri. Kasus didominasi oleh wilayah Jawa dan Bali terutama Provinsi DKI Jakarta," ujar Luhut dalam konferensi pers daring, Ahad, 16 Januari 2022.
Guna mencegah laju kasus penularan semakin meluas, pemerintah pusat akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah terkait dengan pengetatan mobilitas dan juga dibarengi dengan penguatan protokol kesehatan, vaksin booster, dan fasilitas pelayanan kesehatan.
Pemerintah akan melakukan akselerasi vaksin booster bagi seluruh masyarakat, utamanya yang tinggal di wilayah Jabodetabek. Selain itu, pemerintah juga akan terus mendorong vaksinasi dosis kedua untuk umum dan lansia terutama di daerah yang belum mencapai 70 persen.
Selanjutnya, penegakan protokol kesehatan akan dilakukan lebih masif untuk menahan laju penyebaran kasus Omicron. "Persyaratan masuk ke tempat publik akan diperketat, hanya yang sudah vaksinasi dua kali dapat beraktivitas di tempat publik," ujar Luhut.
Pemerintah akan tetap menggunakan PPKM level sebagai basis pengetatan kegiatan bagi masyarakat. Namun sebagai tambahan, evaluasi asesmen PPKM akan dilakukan tiap pekan untuk mengikuti perkembangan kasus Omicron yang diprediksi meningkat sangat cepat.
Luhut yang juga koordinator PPKM Jawa-Bali itu menjamin sistem kesehatan hari ini sudah cukup siap dalam menghadapi puncak gelombang Omicron yang diprediksi akan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret 2022.
Namun, kata Luhut, langkah-langkah preventif yang berasal dari kesadaran masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan merupakan kunci utama menekan laju penyebaran kasus ini. Masyarakat diminta mulai membatasi dan menahan mobilitas keluar rumah serta aktivitas berkumpul yang tidak perlu, serta menahan diri untuk tidak bepergian keluar negeri.
Perkantoran diimbau untuk membatasi mobilitas karyawan. "Jika seandainya opsi work from home (WFH) masih tetap mampu menjaga tingkat produktivitas, opsi tersebut bisa diambil," ujar Luhut.
Kepada seluruh kementerian dan lembaga diminta agar meminimalkan kegiatan rapat-rapat yang dilakukan secara tatap muka atau luring dan sebisa mungkin melakukannya secara daring.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat bersiap dengan kemungkinan lonjakan kasus Omicron. Namun, Menkes Budi mengimbau masyarakat tidak panik karena kasus Omicron cenderung memiliki gejala ringan hingga tanpa gejala, sehingga diprediksi tidak akan membebani sistem kesehatan.
"Sudah terlihat di negara-negara lain, hospitalisasinya antara 30-40 persen dari hospitalisasi varian Delta. Jadi walaupun jumlah kasus yang akan lebih banyak dan penularan lebih cepat, tapi hospitalisasi lebih rendah," ujar Menkes Budi Gunadi soal kasus Covid-19 varian Omicron.
Baca: Setelah 10 Ribu Kasus Positif, Thailand Catat Kematian Pertama karena Omicron
DEWI NURITA