TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan akan menerapkan sistem reward dan punishment untuk meningkatkan produktivitas periset.
Salah satunya, periset bisa mengajukan asisten dengan syarat menghasilkan 5 publikasi internasional dalam setahun. “Kalau mereka belum sampai di level itu enggak usah berlagak punya pembantu, kerjain sendiri. Enggak usah jadi juragan. Itu kan penyakit PNS, belum apa-apa cari asisten,” kata Laksana kepada Tempo, Selasa, 4 Januari 2022.
Bagi periset yang tidak produktif, Laksana mengancam akan memotong tunjangan kinerja mereka untuk sepanjang tahun berikutnya. Jika grup risetnya yang tidak produktif, seperti tidak mendapatkan research grant, maka grup tersebut dibubarkan.
Menurut Laksana, reward dan punishment perlu diberlakukan agar produktivitas mereka bisa setara peneliti di Malaysia. Kebijakan ini sebelumnya tidak pernah diterapkan, sehingga para peneliti merdeka dan liar sendiri-sendiri.
Sejak peleburan sejumlah lembaga penelitian ke BRIN, tunjangan para peneliti mengalami kenaikan hingga 100 persen. Sehingga, Laksana berharap mereka mau bekerja keras. Ia juga memastikan peneliti yang malas dan rajin tidak akan dibayar dengan nominal yang sama. “Sudah minta gaji tinggi masa tetap enggak jelas kerjanya, repot juga kita. Malu dengan masyarakat,” ujarnya.
FRISKI RIANA