INFO NASIONAL-PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP) optimistis, kinerja perusahaan akan meningkat pada 2022. Untuk itu, emiten baja nasional tersebut memproyeksikan, bahwa pertumbuhan pendapatan tahun mendatang akan meningkat pula 50-70 persen dibandingkan 2021.
“Banyak faktor yang mendukung optimisme kami. Dan melalui peningkatkan pendapatan itu, kami yakin akan berimbas terhadap kenaikan laba yang lebih besar lagi,” ujar Presiden Direktur GRP, Abednedju Giovano Warani Sangkaeng, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin, 27 Desember.
Menurutnya, optimisme GRP didasarkan pada beberapa hal. Di antaranya, permintaan baja yang membaik di kuartal II dan kuartal III tahun 2021 serta tren perbaikan harga baja dunia sejak 2020. Selain itu, prediksi International Monetary Fund (IMF) bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,9 persen oleh IMF, yang berarti melampaui pertumbuhan ekonomi dunia, yakni 4,9 persen.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia tentu berdampak pada semua sektor. Termasuk konstruksi dan manufaktur yang merupakan pangsa pasar baja perusahaan,” kata Argo, panggilan akrabnya.
Selain itu, rencana Pemerintah Tiongkok memangkas produksi baja dan kegiatan ekspor, juga diyakini akan memiliki imbas positif. Apalagi, dibarengi dengan kebijakan antidumping Pemerintah Indonesia, yakni dengan adanya bea masuk 10,5-12,5 persen terhadap baja impor.
Menurut Argo, rencana pemindahan Ibu Kota Negara ke Kalimantan bisa menjadi katalisator kinerja industri baja nasional. Terlebih, Pemerintah sudah menyiapkan anggaran Rp 510,79 Miliar untuk pemindahan tersebut. “Sedangkan pada level DPR, saat ini dibahas Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang pemindahan IKN. Semua menambahkan optimisme kami,” ujarnya.
Dihubungi terpisah, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira sependapat ndustri baja nasional, seperti PT GRP, memiliki prospek lebih cerah pada 2022. Menurutnya, terdapat sejumlah faktor pendorong yang akan menaikkan industri baja dalam negeri. Di antaranya sektor pembangunan infrastruktur pemerintah, properti, dan otomotif.
"Investasi realisasi terkait pembangunan infrastruktur dan properti mulai mengalami kenaikan. Penjualan otomotif ikut mendorong, karena sebagian besar kerangka mobil menggunakan baja. Ini juga sejalan dengan rencana pemerintah yang akan memajukan industri otomotif nasional di tahun depan," ujarnya.
Bima memprediksi pertumbuhan sektor properti khususnya perumahan akan lebih baik, hal ini terlihat dari kenaikkan kredit KPR yang tumbuh di atas sembilan persen atau jauh lebih tinggi dari rata-rata kebutuhan kredit yang hanya empat persen. "Ini akan mendorong kapasitas produksi baja yang lebih tinggi dan melakukan ekspansi ke luar negri serta meningkatkan efisiensi bahan baku," katanya. (*)