TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2010-2021, Said Aqil Siradj berharap, pergantian kepemimpinan tidak lantas menyurutkan perjuangan organisasi NU. Ia meminta agar nama besar NU tidak hilang setelah dirinya tidak lagi menjabat.
"Mudah-mudahan organisasi NU tetap disegani oleh masyarakat, dan pemerintah," kata Aqil saat menggelar pertemuan di kediamannya di daerah Jagakarsa, Jakarta Selatan, Ahad 26 Desember 2021 malam.
Ia tidak ingin NU menjadi organisasi murahan yang mudah diatur dan diintervensi pemerintah. "Jadi organisasi mandiri yang tidak bergantung pada pemerintah. Kalau sudah ada intervensi pemerintah akan jadi organisasi murahan," katanya.
Aqil juga meminta seluruh anggota PBNU melupakan muktamar ke-34 yang sudah berlalu. "Lupakan muktamar kemarin, mari kita fokus membangun NU," kata Said.
Said Aqil menggelar silaturahmi bersama mantan pengurus di rumahnya di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Ahad 26 Desember 2021 malam.
Dalam pertemuan itu turut hadir Marsudi syuhud, Arifin Junaidi, Mujib Qulyubi, Agus Salim, Imam Aziz , Andi Najmi Fuaidi, Robikin Emhas, Imdadun Rahmat, Abdul Mannan Gani dan sederet nama besar di organisasi tersebut.
Dalam Muktamar ke-34 NU, Said Aqil kalah oleh Yahya Cholil Staquf atau akrab disapa Gus Yahya. Gus Yahya memperoleh 337 suara. Sementara, Said Aqil memperoleh 210 suara.
Baca juga: Said Aqil Minta Pengurus PBNU Lama Dukung Gus Yahya