TEMPO.CO, Jakarta - Diplomasi merupakan tindakan politik penting yang sering dilakukan dalam konteks hubungan internasional. Diplomasi umumnya berupa dialog persuasif guna memengaruhi keputusan atau kebijakan pemerintah asing yang memiliki pengaruh terhadap suatu negara. Namun kini ada satu jenis diplomasi unik, yakni gastrodiplomasi.
Dilansir dari alurrempah.kemdikbud.go.id, gastrodiplomasi merupakan bentuk diplomasi yang menggunakan makanan atau tata boga. Dengan menggunakan instrumen makanan atau tata boga, sebuah pemahaman lintas budaya dapat terbentuk. Pemahaman lintas budaya tersebut memiliki peran yang penting dalam kepentingan diplomasi dalam konteks hubungan internasional.
Selain kepentingan diplomasi, gastrodiplomasi juga berperan penting untuk meningkatkan brand awarness bangsa. Sebab, dengan membawa makanan atau tata boga ke dalam tataran diplomasi, semakin banyak bangsa yang mengenal makanan atau tata boga negara yang melakukan gastrodiplomasi.
"Sehingga melalui gastrodiplomasi dimungkinkan gastronomi menjadi sesuatu yang penting dalam kaitannya ekspansi kuliner Indonesia kepada dunia," kata Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial Humaniora BRIN, Ahmad Najib Burhani, seperti dikutip dari brin.go.id, 24 November 2021.
Gastrodiplomasi merupakan salah satu bentuk soft diplomacy. Dilansir dari unej.ac.id, gastrodiplomasi merupakan salah satu varian soft diplomacy di samping help diplomacy dan science diplomacy. Help diplomacy adalah bentuk diplomasi berupa penawaran bantuan kepada negara-negara tertentu. Kemudian science diplomacy merupakan diplomasi yang dibarengi dengan pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebagaimana dua varian diplomasi tersebut, gastrodiplomasi mempunyai karakter soft-power. Alih-alih menggunakan ancaman dan mengandalkan daya tawar, gastrodiplomasi mengandalkan kekuatan daya tarik budaya yang secara inheren terdapat di makanan suatu negara.
BANGKIT ADHI WIGUNA
Baca juga: Kementerian Luar Negeri Promosi Makanan Lokal di Luar Negeri