TEMPO.CO, Jakarta - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur mencatat 2.970 unit rumah terkena dampak semburan abu vulkanik muntahan dari Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur.
Manager Pusat Pengendalian Ops. Penanggulangan Bencana BPBD Jawa Timur, Dino Andalananto, ribuan rumah di sejumlah desa yang berada di kawasan Semeru itu mengalami kerusakan ringan hingga berat. "Rumah yang sudah tidak bisa ditempati akan mendapatkan bantuan pembangunan kembali di lokasi lain," kata Dino, Selasa, 7 Desember 2021.
Melihat dampak dari terjangan abu vulkanik yang begitu besar, kata Dino, pemerintah bakal membutuhkan waktu lama untuk merehabilitasi wilayah itu. Apalagi sebagai besar rumah mengalami rusak sedang hingga berat yang diperkirakan bakal sulit untuk ditempati lagi.
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nantinya akan melakukan asesmen terhadap seluruh rumah yang terkena dampak abu vulkanik. Keputusan relokasi itu sampai saat ini masih menunggu asesmen dari Kementerian PUPR.
"Kami juga punya PR bukan hanya rumah, tapi fasilitas lain yang rusak seperti jembatan Geladak Perak," ucap Dino. "Kalau melihat ini kasusnya cukup sulit penanganannya karena jembatan yang lama dan baru sudah tidak ada karena tersapu lava."
Sebelumnya, Kepala BNPB Suharyanto mengatakan pemerintah akan memberikan dana tunggu kepada warga yang rumahnya mengalami kerusakan sedang hingga berat akibat tertimbun abu vulkanik. Setiap keluarga yang rumahnya mengalami kerusakan dan tidak bisa dihuni bakal mendapatkan Rp 500 ribu per bulan selama enam bulan.
Pemerintah, kata dia, juga menargetkan membangun kembali rumah warga yang terkena dampak erupsi Gunung Semeru dalam waktu enam bulan. Saat ini, rencana pembangunan menunggu perizinan penggunaan lahan dari pemerintah daerah. "BNPB bersama-sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Dinas PUPR akan terus mengawal perizinan tersebut," ucapnya.
Baca juga: Pakar: Waspadai 6 Penyakit Akibat Debu Vulkanik Gunung Semeru
IMAM HAMDI