TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah memindahkan korban erupsi Semeru yang mengungsi di dua desa. Relokasi dilakukan karena desa tersebut rawan terdampak erupsi susulan atau masuk dalam zona merah.
"Ada beberapa tempat pengungsian yang rawan terdampak erupsi susulan, yakni di lokasi pengungsian di Desa Curah Kobokan dan Desa Sumberwuluh," ujar Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Senin, 6 Desember 2021.
Menko Muhadjir menyatakan warga yang mengungsi di dua desa itu akan dipindahkan ke pengungsian di Desa Penanggal. "Kami khawatir kalau ada erupsi susulan atau seandainya ada hujan deras, maka lahar yang tertahan di atas akan turun," kata dia.
Muhadjir menjelaskan bahwa Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah diminta membentuk Satuan Tugas Penanggulangan Darurat Bencana. Satgas terdiri dari Komandan Resor Militer, bupati, dan Kepala Kepolisian Resor untuk memudahkan koordinasi upaya tanggap bencana hingga rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana.
Selain itu, menurut dia, pemerintah sudah membentuk posko penanggulangan darurat bencana untuk mendukung kegiatan relawan dan lembaga kemanusiaan yang membantu penanganan dampak erupsi Gunung Semeru.
"Sekarang mereka semua sudah bergerak. InsyaAllah penanganannya semua lancar," tutur Menko Muhadjir.
Muhadjir bersama pejabat pemerintah yang lain pada Minggu, 5 Desember 2021 meninjau tiga lokasi untuk mengecek penanganan dampak erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang. Ketiganya ialah Posko Pengungsian di Desa Penanggal, RSUD Pasirian, dan RSUD Dokter Hartoyo.
Awan panas guguran, hujan abu vulkanik, dan banjir lahar akibat erupsi Semeru menimbulkan dampak parah di Kecamatan Candipuro, Pronojiwo, dan Pasirian. Menurut data BNPB, erupsi menyebabkan 14 orang meninggal dan 69 orang terluka serta memaksa 5.205 orang mengungsi.
Baca juga: Erupsi Semeru, Para Ahli Tak Sangka Awan Panas Sangat Besar