Anak-anak yang tinggal di Sanggar Senja Cibinong memiliki kisah yang beragam. Adi menceritakan ada anak dari Bali yang hendak diperdagangkan oleh orang tuanya. Namun karena 'si calon pembeli' mengurungkan niat, lantas anak tersebut ditinggalkan seorang diri di sekitaran air mancur di Bogor dan dibawa oleh warga sekitar ke Dinas Sosial.
"Oleh Dinas Sosial mau dibawa ke Bandung, karena ketemu saya, akhirnya saya bawa lah ke sini. Sampai sekarang orang tuanya tidak ada yang mencari, sudah hampir setahun tinggal di sini," ujar Adi.
Lain lagi anak dari Papua yang tidak diketahui siapa orang tuanya. "Anak itu semula tinggal dengan orang yang suka memukuli dan menyuruh dia menjadi pengemis. Ketemu saya di jalan, lalu saya bawa ke sini. Alhamdulillah dia mau belajar di sini," tuturnya.
Adi awalnya mengontrak sebuah rumah untuk tempat tinggal anak-anak jalanan tersebut. Dari usaha studio musik dan penyewaan sound system yang dimiliki, ia bisa membayar duit sewa kontrakan dan memberi makan serta membayar uang sekolah anak-anak jalanan yang dibinanya.
Tahun berganti tahun, Sanggar Senja semakin dikenal. Relawan-relawan mulai banyak membantu mengajar dan bantuan dana pun mulai berdatangan. Salah satunya, PT Paragon Technology and Innovation yang menyumbang dana untuk membeli sanggar. "Tadinya kami mengontrak, sekarang kami sudah punya sanggar sendiri. Alhamdulillah kami sangat bersyukur," ujar Adi.
Dengan bantuan berbagai pihak, Adi berharap misinya untuk mengurangi populasi anak jalanan bisa terus berlanjut. "Kalau mereka tidak kita angkat, ya mereka bisa menjadi pelaku kriminal nantinya," ujarnya.
Sebagai bekas anak jalanan, Adi sadar betul jika pendidikan adalah salah satu jalan mengubah nasib anak-anak jalanan. "Kalau kita kasih anak-anak jalanan itu duit, maka akan habis begitu saja. Tapi kalau dikasih pendidikan, insyaallah akan mengubah hidup mereka selamanya," ujar Adi.
Lewat seni, bekas anak jalanan itu tak henti membangkitkan semangat anak-anak yang dibinanya untuk memiliki cita-cita yang tinggi. Salah satu anak sanggar, Evelyn, 11 tahun, berharap kelak ia bisa menjadi orang sukses. "Biar kaya, supaya bisa bantu adik-adik aku yang lain di sini," ujar bocah kelas 6 SD itu.
Anak jalanan lainnya yang bergabung bersama Sanggar Senja ialah Mando. Bocah berusia 10 tahun ini bercita-cita ingin menjadi tentara. "Ingin membela negara," ujarnya ketika ditanya alasan ingin menjadi tentara.
Baca juga: Swasta Didorong Sediakan CSR untuk Pendidikan Inklusif
DEWI NURITA