TEMPO.CO, Lumajang - Erupsi Semeru mengakibatkan putusnya infrastruktur jembatan Geladak Perak di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Sabtu, 4 Desember 2021. Jembatan tersebut merupakan jalur penyambung lintas kecamatan yakni Candipuro dan Pronojiwo serta lintas kota yakni Lumajang dan Malang.
Fauzan Muttaqien, akademisi Perguruan Tinggi Widyagama Lumajang kepada Tempo mengatakan putusnya jembatan tersebut bakal berdampak cukup signifikan terutama bagi Kabupaten Lumajang.
"Ada potensi kehilangan transaksi ekonomi cukup besar setiap harinya yang bakal dialami masyarakat," katanya.
Dia mencontohkan komoditas pertanian seperti sayur dan buah-buahan di Kecamatan Pronojiwo tidak bisa tersalurkan ke Kecamatan Pasirian atau ke Kecamatan Lumajang. Di Kecamatan Pasirian terdapat pasar besar yang biasa mendapat pasokan dari kecamatan terdampak. Dengan kejadian bencana tersebut, pasar kehilangan pasokan seperti lombok, kubis dan sayuran lainnya.
"Harga sayuran menjadi naik. Sementara petani tidak bisa menjual hasil panennya karena infrastruktur yang rusak. Di sini mahal dan di sana murah," kata Fauzan.
Dia juga menambahkan dampak bencana ini bisa jadi mengakibatkan banyak lahan rusak sehingga gagal panen. "Optimalisasi pasokan berkurang, sehingga memacu sentimen pasar yakni kenaikan harga sayur," katanya.
Hal ini secara otomatis menimbulkan gangguan transaksi. Kebutuhan pasokan antara penawaran naik dan permintaan naik namun barangnya tidak ada. "Kalau secara makro naiknya harga sayur bakal memacu inflasi. Semisal cabe yang biasanya Rp 10 ribu menjadi 100 ribu. Itu inflasi, nilai uang menjadi turun," katanya.
Pada akhirnya, kata Fauzan, akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. "Kalau pasokan kurang, kebutuhan tidak bisa dicover akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Secara riil, pertumbuhan ekonomi bisa dilihat dari intensitas transaksi ekonomi, kalau transaksi ekonomi rendah, pertumbuhan ekonomi terhambat," katanya.
Putusnya jembatan Geladak Perak ini juga berpengaruh pada lalu lintas buruh. "Mereka tidak bisa bekerja secara efektif dan optimal. Berkurangnya tenaga kerja berakibat pada berkurangnya produksi. Artinya, bisa jadi permintaan pasar tidak terpenuhi," katanya.
Hal ini mengakibatkan pembeli beralih ke pasar lain. "Capital of flow berkurang. Mestinya beli ke Lumajang, karena tidak ada, beli dari luar kota. Ini mengurangi pendapatan daerah," katanya.
Fauzan belum bisa memperkirakan berapa ratus juta rupiah atau berapa miliar rupiah transaksi yang hilang akibat putus infrastruktur jembatan ini.
"Ketika dalam beberapa hari tidak ada transaksi, berarti ada kerugian yang akan diderita. Itu bukan hanya produsen. Pedagang yang tidak bisa menerima pasokan barang juga rugi. Perputaran uang tidak intensif karena pasokan barang terganggu. Hal ini akan mengakibatkan beban pemerintah semakin berat," ujarnya.
Karno, petani Salak di Kecamatan Pronojiwo mengatakan dia tidak bisa mengirim Salak ke Pasirian atau ke Lumajang. Kemudian pedagang sayur asal Pronojiwo yang biasa membeli di Pasar Pasirian berhenti berjualan. "Sehingga pedagang sayur di Pasirian kehilangan konsumennya,".
DAVID PRIYASIDHARTA
Baca: Begini Kondisi Dua Kecamatan Terdampak Erupsi Semeru di Lumajang