TEMPO.CO, Jakarta - Hasil sigi teranyar Indonesia Political Opinion (IPO) menunjukkan kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo atau Jokowi berada di angka 51 persen atau turun dari hasil survei Agustus 2021 yaitu 52 persen.
Sementara angka ketidakpuasan pada kinerja Presiden berada di angka 47 persen, 2 persen sisanya ragu-ragu memberikan penilaian. Pada periode Agustus 2021, angka ketidakpuasan hanya mencapai 41 persen dengan 7 persen penilaian ragu-ragu. Terjadi peningkatan angka ketidakpuasan sebesar 4 persen hanya dalam kurun waktu tiga bulan.
“Persepsi kepuasan publik terhadap kinerja Presiden dalam penanganan pandemi masih belum dominan, cenderung kian menurun jika dibandingkan dengan survei periode Agustus 2021. Termasuk dalam hitungan detail turut terjadi penurunan pada bidang sosial, hukum dan politik," ujar Direktur Eksekutif IPO, Dedi Kurnia Syah dalam keterangannya, Sabtu, 4 Desember 2021.
Sementara itu, tingkat kepuasan publik terhadap Wakil Presiden Ma’ruf Amin terpaut jauh di angka 31 persen, tidak memuaskan 62 persen, sisanya 7 persen menyatakan ragu-ragu.
“Posisi Wapres dalam persepsi publik tetap jauh di bawah tingkat kepuasan pada kinerja Presiden. Bahkan bidang sosial sekalipun yang paling dekat dengan ketokohan Wapres cenderung konsisten menurun hingga di angka 27 persen. Kondisi ini menandai semakin banyak publik yang tidak percaya pada kapasitas Wapres Ma’ruf Amin," ujar Dedi.
Secara detail, kinerja pemerintah pada bidang hukum dan politik, merupakan bidang paling signifikan berkontribusi pada penurunan angka persepsi publik, yakni hanya memuaskan di angka 39 persen. Sementara dua bidang lainnya cukup baik, bahkan bidang ekonomi melampaui persepsi pada kepuasan kinerja presiden yakni sebesar 53 persen, dan bidang sosial sebesar 48 persen.
“Kontribusi terbesar penurunan persepsi publik dari kinerja bidang politik dan hukum, juga terkait kinerja Kementerian Kesehatan yang hanya mampu memuaskan di angka 36 persen. Tentu ini di sayangkan, bagaimana pun kerja Kemenkes paling disorot sepanjang pandemi," ujar Dedi.
Survei ini dilakukan pada 29 November hingga 2 Desember 2021. Survei ini dilakukan dengan mengambil representasi sampel sejumlah 1.200 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik multistage random sampling (MRS) atau pengambilan sampel bertingkat. Metode ini memiliki pengukuran kesalahan (sampling error) 2,50 persen, dengan tingkat akurasi data 95 persen.
DEWI NURITA
Baca: Survei IPO: Elektabilitas Prabowo Merosot, Anies di Atas