INFO NASIONAL - Indonesia menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang memiliki Kereta Cepat. Memiliki panjang trase 142,3 km, Kereta Cepat dengan trase Jakarta-Bandung ini sudah rampung 79 persen. Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) diharapkan bisa hadir dan mulai menyapa masyarakat Indonesia di akhir tahun 2022.
Direktur HR, LA, dan Asset PT KCIC, Adhi Priyanto Putro menjelaskan, keberadaan KCJB merupakan sebuah lompatan teknologi di dunia perkeretaapian di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. Mengingat KCJB akan menjadi kereta cepat pertama yang ada di Asia Tenggara.
“Ini adalah sebuah lompatan teknologi dan tantangan terbesar yang dihadapi saat ini adalah penyelesaian pembangunan hingga siap beroperasi,” ujarnya dalam webinar yang diadakan Selasa, 30 November 2021
Kereta Cepat Jakarta-Bandung merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional pemerintah yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 3 tahun 2016 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional. Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung. KCJB membentang dari Jakarta Timur tepatnya dari Stasiun Halim hingga kawasan Tegalluar, Kabupaten Bandung
Hingga saat ini pembangunan pun terus dilakukan. Dari 13 tunnel yang ada, 10 di antaranya sudah berhasil ditembus dan sedang memasuki tahap finishing. Sementara sisanya diperkirakan akan selesai pada April-Mei 2022.
Salah satu terowongan pada proyek KCJB adalah Tunnel #1, yang memiliki panjang 1885 meter dan diameter 13,9 meter. Tunnel ini melintang di bawah di ruas jalan tol sibuk Jakarta-Cikampek. Namun dengan metode shield tunneling dan penggunaan Tunnel Boring Machine (TBM), pengerjaan tunnel berhasil diselesaikan dengan cepat, aman, serta tidak menimbulkan gangguan pada aktivitas lalu lintas di atasnya.
"Hampir 2.500 pilar akan berjejer mulai dari Halim sampai ke Tegalluar. Saat ini, kami berkonsentrasi penyelesaian proyek ini agar layanan Kereta Cepat bisa segera dinikmati masyarakat,” jelasnya.
Dalam pembangunannya, lebih dari 85 persen SDM yang terlibat dalam proyek KCJB adalah tenaga lokal. Selebihnya merupakan tenaga ahli yang berasal dari Tiongkok. Tenaga ahli kemudian melakukan transfer teknologi baik dari sisi teknologi pembangunan hingga teknologi kereta cepat. Tidak hanya itu, tenaga ahli dari Tiongkok juga berbagi SOP mengenai operasional kereta cepat untuk bisa diadaptasi pada proyek KCJB.
“Dengan begitu, SDM-SDM di Indonesia ini mendapatkan pengalaman, pengetahuan tentang pembangunan dan operasional kereta cepat dari ahlinya. Apalagi Tiongkok merupakan negara yang memiliki rel kereta cepat paling panjang di dunia,” tambah Adhi.
KCJB memiliki rute Stasiun Halim, Karawang, Padalarang dan Tegalluar. Adhi menyebutkan, KCJB akan menawarkan ketepatan waktu, kenyamanan dan lepas dari kemacetan. Kereta Cepat adalah model transportasi di masa datang dan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan.
KCJB akan terkoneksi dengan LRT, dan dan BRT untuk di daerah DKI Jakarta. Sementara untuk di kawasan Jawa Barat, masyarakat bisa menikmati konektivitas ke Stasiun Kota Bandung dengan KA Feeder di Stasiun Padalarang.
Di sisi lain, dilakukan juga pengembangan kawasan di sekitar stasiun. Seperti pengembangan kawasan superblock di area Stasiun Halim dan pengembangan TOD (Transit Oriented Development) di stasiun Karawang dan Tegalluar.
“Kehadiran KCJB dan pembukaan wilayah baru ini akan mendorong tumbuhnya perumahan, kawasan niaga hingga transportasi baru. Pembangunan di tiap wilayah akan menarik investor untuk menanam bisnisnya hingga akhirnya tercipta multiplier effect,” lanjut Adhi
Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto mengatakan pembangunan proyek KJB yang melibatkan sumberdaya Indonesia memungkinkan transfer of knowledge dan teknologi pada SDM Indonesia. Dengan begitu diharapkan bangsa Indonesia dapat menguasai teknologi pengerjaan infrastruktur dan pengoperasian kereta cepat.
"KCJB merupakan peradaban transportasi publik yang baru, sehingga harapannya di kemudian hari, dengan bertambahnya pilihan, masyarakat secara bertahap muncul ketertarikan untuk beralih dari moda transportasi pribadi ke moda Transportasi massal. Sebagai contoh, hadirnya MRT benar-benar mengubah peradaban transportasi kita," ujarnya
Pengamat Transportasi dan Kebijakan Publik Agus Pambagio menyebutkan KCJB menjadi salah satu opsi transportasi penghubung Jakarta-Bandung. Dia pun berpesan kepada operator untuk mempertimbangkan kemampuan konsumen dalam penentuan harga tiket. Mengingat saat ini sudah ada beberapa moda transportasi dengan trase serupa seperti kereta api Parahyangan milik PT KAI, pesawat hingga penggunaan mobil pribadi.
“Semua faktor ini harus dipertimbangkan apalagi terkait besarnya nilai investasi pemerintah selama pembangunan proyek,” katanya
Ketua Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas mengatakan pembangunan KCJB merupakan pionir kereta cepat di Asia Tenggara. Yang harus menjadi perhatian pengelola dan pemerintah saat ini adalah penentuan formula untuk tarif yang menarik atensi masyarakat untuk menggunakan KCJB.
“Total penumpang Argo Parahyangan saat ini 12 hingga 14 ribu per hari sementara pengelola kereta cepat menargetkan 21 ribu penumpang per hari. Nah ini bukan pekerjaan mudah,” ujarnya.
Ada beberapa faktor, kata Darmaningtyas yang juga harus dipertimbangkan. Seperti rencana pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan hingga pola aktivitas masyarakat yang berubah karena pandemi Covid-19.
“Hal-hal ini tentu saja akan mempengaruhi potensi penumpang. Maka dari itu, faktor-faktor ini harus dipertimbangkan,” jelasnya. (*)