TEMPO.CO, Jakarta - Seminar nasional bertema "Permasalahan, Prospek, dan Implikasi Sawit Sebagai Tanaman Hutan" yang digelar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University bersama Pusat Kajian Advokasi dan Konservasi Alam secara daring dan luring pada Kamis, 25 November 2021, sempat diretas hacker.
Peretasan itu terjadi saat Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), Sigit Sunarta, yang hadir sebagai keynote speaker, akan menyampaikan pandangannya terkait usulan sawit sebagai komoditas kehutanan. "Hal ini berlangsung cukup lama dan sangat mengganggu, sehingga panitia acara memutuskan untuk menghentikan acara paparan daring,” demikian penjelasan yang dikutip Tempo dari laman fkt.ugm.ac.id, Senin, 29 November 2021.
Sebelum diretas, Sigit sempat menyampaikan beberapa pandanganya. Menurut dia, sawit memang terbukti sebagai komoditas perkebunan unggulan bernilai ekonomi tinggi dan sebagai salah satu penggerak pembangunan nasional. Namun, kata dia, perluasan kebun sawit hingga masuk ke dalam kawasan hutan menyebabkan deforestasi yang berdampak pada penurunan biodiversitas, peningkatan frekuensi kejadian bencana banjir, kekeringan, dan kebakaran hutan-lahan, serta berdampak juga pada sosial-budaya masyarakat.
Menurut Sigit, usulan memasukkan sawit sebagai tanaman hutan tidak relevan untuk digunakan sebagai solusi penyelesaian keterlanjuran kebun sawit di kawasan hutan. Asumsi memasukkan sawit sebagai tanaman kehutanan untuk menyelesaikan masalah deforestasi dan persoalan lain yang menghambat perluasan kebun sawit nasional, merupakan hal yang spekulatif.
Masalah deforestasi, kata dia, merupakan persoalan global dan sudah menjadi kepentingan masyarakat internasional. Banyak aturan main global yang sudah diratifikasi oleh Indonesia misalnya skema REDD+, Paris Agreement, dan lain-lain yang harus dipatuhi sehingga tidak mungkin membuat definisi deforestasi sesuai keinginan sendiri, dan berharap diterima oleh masyarakat internasional.
Menurut dia, kegagalan dalam memenuhi konvensi internasional yang sudah diratifikasi akan mempengaruhi posisi Indonesia dalam percaturan geopolitik, terutama terkait dengan komitmen pencapaian NDC. Selain itu usulan sawit sebagai tanaman kehutanan mengemuka karena adanya keinginan pengusahaan tanaman sawit pada ijin Hutan Tanaman Industri (HTI) atau bahkan peluang membangun HTI sawit.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca juga: Pemerintah Diminta Segera Atur Regulasi Kebun Sawit di Kawasan Hutan