TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah perguruan tinggi menyambut hangat kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka dengan membuka berbagai program studi baru. "Setiap pekan selalu ada izin program studi baru," ujar pelaksana tugas (Plt) Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek, Nizam, saat dihubungi Tempo pada Ahad, 21 November 2021.
Statistik Pangkalan Data Pendidikan Tinggi pada 2020 menunjukkan jumlah program studi secara nasional sebanyak 29.413 program yang tersebar di seluruh kampus di Indonesia. Jumlah itu meningkat dari tahun sebelumnya yang berjumlah 28.879 program studi. PDDikti belum merilis rekap data untuk 2021 namun jumlahnya dipastikan terus meningkat setelah pemerintah meluncurkan program Kampus Merdeka.
Kebijakan yang diluncurkan pada awal 2020 itu mempermudah kampus membuka program studi baru. Kemendikbudristek memberikan otonomi kepada perguruan tinggi negeri dan swasta membuka Prodi baru jika telah memiliki akreditasi A atau B dan telah bekerja sama dengan organisasi dan atau universitas yang masuk dalam QS Top 100 World Universities. Pengecualian berlaku untuk Prodi kesehatan dan pendidikan.
Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu kampus yang paling awal merespons kebijakan Kampus Merdeka dengan membuka program studi baru Statistika dan Sains Data mulai tahun Akademik 2020/2021.
Rektor IPB Arif Satria mengungkapkan pembukaan program studi tersebut sangat penting sebagai bentuk antisipasi IPB terhadap perkembangan ilmu saat ini dan ke depan. "Dunia industri, bisnis, dan riset di berbagai bidang sekarang sangat membutuhkan dukungan big data dan sains data," ujar Arif seperti dikutip dari laman resmi IPB.
Adapun Universitas Negeri Surabaya, tahun ini juga membuka Prodi baru Bisnis Digital. Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unesa, Hujjatullah Fazlurrahman, mengatakan Prodi Bisnis Digital merupakan gabungan dari Prodi Manajemen, Teknik Informatika dan Sistem Informatika. Ia menyebut hadirnya program studi baru tersebut didasarkan pada kebutuhan di lapangan.
Menurutnya, secara eksternal, wirausaha yang bisa bertahan era sekarang adalah yang dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman. Salah satu bentuk adaptasi itu ialah siap bertransformasi dari bisnis sistem konvensional ke sistem digital.
“Usaha atau bisnis yang bisa bertahan yakni yang dapat memanfaatkan perangkat digital atau bisnis berbasis digital. Kalau tidak, rawan tergerus dan tak bisa bersaing,” ujar Fazlurrahman Juni lalu.